Inilah 3 Alasan Mengapa Al-Qur’an Diturunkan

Inilah 3 Alasan Mengapa Al-Qur'an Diturunkan
Inilah 3 Alasan Mengapa Al-Qur'an Diturunkan
banner 400x400
Hajinews.id – Umat Islam tiap tanggal 17 Ramadhan selalu memperingati turunnya Al-Qur’an atau biasa disebut dengan Nuzulul Qur’an. Ditinjau dari bahasanya Nuzulul Qur’an berasal dari dua kata kata “Nuzul” dan “Al-Qur’an ”.

Nuzul memiliki makna turun berarti perubahan atau pergeseran dari tempat atau posisi lebih tinggi kepada yang lebih rendah. Jadi bisa dikatakan demikian bahwa Al-Qur’an berasal dari Dzat yang Maha Tinggi yaitu Allah SWT yang kemudian diturunkan kepada manusia.

Bacaan Lainnya
banner 400x400

Lantas muncul pertanyaan “Mengapa Al-Qur’an diturunkan kepada umat manusia?”

Prof. Dr. KH. Abdul Mustaqim, Pengasuh PP LSQ ARROHMAH sekaligus Dosen UIN Sunan kalijaga menyampaikan berdasarkan pendapat para ulama, setidaknya ada 3 alasan mengapa Al-Qur’an diturunkan.

1. Untuk Mengembalikan Tauhid

Ketika itu dalam masyarakat Arab terjadi inkhilalul aqidah yaitu krisis nilai-nilai aqidah tauhid. Sebenarnya aqidah tauhid sudah dijarkan oleh nabi-bai sebelum Nabi Muhammad, namun telah mengalami kerusakan. Masyarakat Arab abad ke-14 telah jatuh kepada perbuatan syirik dan menyembah berhala.

Oleh karena misi mengembalikan aqidah itu, maka dalam Al-Qur’an sangat tegas mengenai konsep tauhid. Sebagaimana disebutkan dengan tegas dalam Surat Al-Ikhlas yang artinya demikian: Katakanlah (Muhammad), “Dialah Allah, Yang Maha Esa. Allah tempat meminta segala sesuatu.(Allah) tidak beranak dan tidak pula diperanakkan. Dan tidak ada sesuatu yang Setara Dengan Dia.”

2. Untuk Memperbaiki Sistem Sosial

Di mana saat itu terjadi dalam masyarakat Arab tengah mengalami apa yang namanya Inkhillalu nuzumil mujtama (rusaknya sistem sosial). Sejarah mencatat Ketika itu masyarakat Arab seolah hidup tanpa hukum.

Di mana yang kuat dapat berbuat apa saja, orang kaya menindas yang miskin. Maka dari itu Al-Qur’an memberikan tuntunan-tuntunan bagaimana hukum diberlakukan. Diantara hukum itu adalah potong tangan sebagaimana disebutkan dalam Surah Al-Maidah ayat 38:

وَالسَّارِقُ وَالسَّارِقَةُ فَاقْطَعُوا أَيْدِيَهُمَا

“Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya.”

Meskipun begitu, hukum potong tangan dalam perkembangan penafsiran kontekstualnya tidak harus potong tangan. Akan tetapi diganti dengan hukum penjara untuk memberi efek jera dan tidak mnegulanginya lagi.

Bagi yang berzina bisa dicambuk 100 kali bagi pemuda-pemudi yang belum memiliki istri. Bahkan dirajam sampai meninggal bagi yang sudah punya suami atau istri.

Esensinya adalah untuk memberikan efek jera, sehingga sistem sosial kembali berjalan dengan teratur. Pemberian Hukuman Yang Keras Ini Juga Untuk Menjaga Keturunan Dan Kehormatan Manusia.

3. Untuk Memperbaiki Karakter dan Akhlak

Ketika itu dalam masyarakat terjadi Inkhilalul quluk kerusakan dekadensi moral. Al-Qur’an hadir sebagai tuntunan dan membimbing manusia agar memiliki karakter dan akhlak yang baik.

Karakter akhlak ini bisa dikatakan sebagai esensi agama sebagia mana ungkapan character is everything, when character is lost, everything is lost (karakter adalah segalanya, ketika karakter rusak, semuanya rusak). Jika karakter manusianya baik maka suatu bangsa akan mencapai puncak peradaban.

Seorang penyair Arab ya, bernama Sauqy pernah mengatakan;

وَإِنَّمَا الأُمَمُ الأَخْلاَقُ مَا بَقِيَتْ ¤ فَإِنْ هُمْ ذَهَبَتْ أَخْلاَقُهُمْ ذَهَبُوْا

wa inna maal umamul akhlakku maabaqiyad,

faain hum dahabat akhakkkuhum dahabuu

Jadi, jatuh bangunnya tegaknya sebuah bangsa tergantung seberapa jauh bangsa tadi memegang karakter bangsanya. Jika karakternya unggul baik maka bangsa itu akan hebat tapi kalau karakternya jongkok atau anjlok, maka itu juga sama dengan menandatangani bagi kehancuran peradaban bangsa itu sendiri.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tiga alasan utama mengapa Al-Qur’an itu diturunkan yaitu dalam rangka mengembalikan konsep tauhid. Menata kembali tatanan sosial supaya jadi lebih baik dan meneguhkan kembali akhlak dan karakter manusia.

Sumber: hidayatuna

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *