Mengintip Pertarungan Akal dan Hawa Nafsu

Mengintip Pertarungan Akal dan Hawa Nafsu
Mengintip Pertarungan Akal dan Hawa Nafsu

Oleh Hasanuddin (Ketua Umum PBHMI 2003-2005), Redaktur Pelaksana Hajinews.id

Hajinews.id – Jika ada peperangan yang paling dahsyat, maka peperangan itu adalah peperangan antara akal dan hawa nafsu.

Bacaan Lainnya
banner 400x400

Abdullah ibn Abbas ra., berkata; “hawa nafsu adalah Tuhan yang disembah selain Allah”. Perkataan Abdullah ibn Abbas ini merujuk kepada firman Allah swt, dalam Al-Quran surah al-Jatsiyah (45): 23

“Maka pernahkah engkau melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya”.

Ikrimah ketika menjelaskan makna ayat pada Al-Quran surah al-Hadid ayat 41 mengatakan:

“Ungkapan “tetapi kalian mencelakakan diri kalian sensiri”, maksudnya dengan menuruti syahwat. Ungkapan “dan hanya menunggu” maksudnya adalah tobat. Ungkapan “meragukan janji Allah” maksudnya perintah Allah. Ungkapan “ditipu oleh angan-angan kosong” maksudnya dengan menunda-menunda. Ungkapan “sampai datang ketetapan Allah” maksudnya adalah kematian. Ungkapan “dan penipu datang memperdaya kalian tentang Allah” maksudnya adalah setan.

Nabi Muhammad Saw alaihi wassalam bersabda: “mematuhi syahwat adalah penyakit. Maksiat kepadanya adalah obat”.

Umar Ibn Khattab berkata, “cegahlah nafsu dari syahwatnya, karena ia adalah kecenderungan yang membuka keburukan tujuan. Sesungguhnya kebenaran itu berat dan pahit. Kebatilan itu ringan dan mewabah”.

Ali bin Abi Thalib berkata: “aku menghawatirkan dua hal kepada kalian: mengikuti hawa nafsu dan panjang angan-angan, karena mengikuti hawa nafsu menghalangi kebenaran, sedangkan panjang angan-angan membuat lupa kepada akhirat.

Hisyam bin Abdul Malik bin Marwan berkata: “jika engkau tidak bermaksiat kepada hawa nafsu, maka hawa nafsu menuntunmu”.

Ali bin Abi Thalib berkata: “janganlah kalian menguasakan syahwat kepada diri kalian, karena awalnya tercela dan akhirnya tercemar. Jika syahwatmu tidak tunduk terhadap peringatan dan ketakutan, maka tundalah ia dengan harapan dan kesenangan. Karena jika kesenangan (kepada taat/surga) dan ketakutan (kepada neraka) berkumpul untuk mengendalikan nafsu, maka ia tunduk dan patuh.

Ibnu as-sammak berkata: “Jadilah engkau orang yang menunda hawa nafsu dan membantu akal. Meninggalkan hawa nafsu dan melakukan apa yang engkau inginkan adalah penyakit, sedangkan meninggalkan apa yang engkau inginkan adalah obatnya.

Jika nafsu mematuhi akal, karena telah merasakan akibat buruk hawa nafsu, maka hawa nafsu akan selalu ditaklukkan oleh akal, sehingga nafsu menjadi terkendali.

Allah swt berfirman:

“Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari (keinginan) hawa nafsunya, maka sungguh, surgalah tempat tinggalnya.” (Qs. An-Naziat (79): 40-41)

Hasan al-Bashri berkata: “Jihad yang paling utama adalah melawan hawa nafsu”.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *