Mengintip Pertarungan Akal dan Hawa Nafsu

Mengintip Pertarungan Akal dan Hawa Nafsu
Mengintip Pertarungan Akal dan Hawa Nafsu

Akal adalah hakim yang ditugaskan menjaga tegaknya kebenaran dan keadilan. Sehingga letak kebijaksaan ada padanya. Kekuasaan juga ada padanya. Perintah dan larangan ada padanya. Baik dan buruk dialah penentunya. Benar dan salah akallah yang memutuskan. Akal karena itu disebut “orang pintar yang bijaksana”.

Sebaliknya hawa nafsu, adalah “orang bodoh”, karena tidak mampu membedakan baik dan buruk, benar dan salah. Hawa nafsu hanya menyukai kesenangan. Karena itu hawa nafsu mendorong kerakusan dan ketamakan untuk meraih apa saja yang menyenangkan. Hawa nafsu tidak mamiliki pertimbangan, karena itu setiap kali hawa nafsu melihat kesenangan, ia senantiasa terburu-buru, tergopoh-gopoh untuk meraihnya.

Bacaan Lainnya
banner 400x400

Hawa nafsu karena itu selalu menentang pertimbangan akal, dan jika kehendaknya dituruti ia tidak pernah merasa cukup. Ia selalu berusaha mengalahkan akal, untuk merebut posisi sentral dalam hati manusia. Dan jika hawa nafsu mampu mengalahkan akal, lalu mengeluarkannya dalam hati manusia, maka hawa nafsu akan berkuasa atas hati manusia. Setelah menguasai hati manusia, ia tidak juga merasa puas. Ia akan menentang perintah Tuhan, tatkala ia telah menaklukan hati manusia, hingga mematikannya. Bahkan, akan menjadikan/mengangkat dirinya sebagai tuhan-tuhan tandingan selain Allah, jika sudah mematikan hati manusia. Dan itulah keadaan yang disampaikan dalam surah an-naziat (79) ayat 40-41 diatas.

Pertempuran antara akal dan hawa nafsu, bertujuan untuk memperebutkan hati manusia. Harta yang paling berharga dalam diri manusia. Jika hawa nafsu mampu menguasai hati, maka seluruh tubuh berada dalam tawanannya. Akal, diberi tugas untuk membentengi hati, agar tidak diduduki oleh hawa nafsu. Maka hawa nafsu menjadikan akal sebagai sasaran serangan terlebih dahulu untuk ia lumpuhkan. Sebaliknya akal akan berusaha memberi pertimbangan kepada nafsu, agar jangan menuruti hawa syahwatnya. Jika pertimbangan akal diterima oleh nafsu, lalu nafsu tidak menuruti syahwatnya, berarti akal telah berhasil mengendalikan nafsu, akal telah menang melawan hawa nafsu. Sebaliknya jika hawa nafsu mengalahkan akal, maka akal akan dikendarainya untuk selanjutnya menyerang dan melumpuhkan hati.

Demikianlah, hawa nafsu bertarung dengan akal untuk saling menguasai.

Agar akal tidak kalah atau dilumpuhkan oleh hawa nafsu, maka ia mesti senantiasa memohon pertolongan kepada hati. Dan hati pasti akan menolongnya, jika meminta tolong, karena jika akal kalah oleh hawa nafsu, maka sasaran berikutnya dari hawa nafsu itu adalah menguasai hati. Pertolongan hati kepada akal itulah kunci kemenangan akal dalam melawan hawa nafsu.

Hal ini karena hati adalah sumber keluarnya mata air kehidupan, yang disebut dengan ilmu pengetahuan. Akal akan memperoleh limpahan pengetahuan jika memohon pertolongan kepada hati, sebagaimana disampaikan dalam surah al-hajj (22) ayat 46.

Dan dengan limpahan pengentahuan itulah akal baru bisa menundukkan hawa nafsu, membebaskan nafsu dari mengikuti syahwat. Nafsu akan disebut sebagai hawa nafsu jika ia memperturutkan syahwatnya.

Pertolongan dari hati kepada akal dalam bentuk pemberian pengetahuan itulah yang disebut akal naluri, yang diperoleh akal tanpa diusahakannya. Sementara usaha akal memahami sesuatu tanpa pertolongan hati, itulah yang disebut “akal yang diusahakan”. Akal naluri disebut juga dengan akal natural, sementara akal yang diusahakan disebut akal audio, demikian menurut Shapur bin Ardheshir, sebagaimana disampaikan oleh Imam Al-Mawardi dalam kitab Adabud Dunya Wad Din.

Ketundukan akal audio kepada akal naluri (pengetahuan dari hati), inilah pedang akal untuk menebas hawa nafsu, membebaskan nafsu dari penguasaan syahwatnya.

Demikianlah peperangan yang senantiasa berlangsung pada diri setiap manusia selama hidupnya. Cobalah membayangkan betapa dahsyat peperangan ini berlangsung, jika saja kita bisa menyaksikannya pada setiap diri manusia yang hingga saat ini berjumlah plus minus 7 milyard jiwa.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *