Pada Anies Baswedan lah Harapan Baru Negeri Ini Akan Disematkan

Anies Baswedan lah Harapan Baru Negeri Ini
Anies Baswedan lah Harapan Baru Negeri Ini
banner 400x400
Hajinews.id – Belum jelas siapa yang akan menggantikannya sampai dengan pelaksanaan Pilkada 2024. Itu hak Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk menentukan Plt Gubernur, lewat Surat Keputusan Kementerian Dalam Negeri (SK Kemendagri).

Ada kabar angin yang muncul, atau setidaknya isu mulai terdengar, entah siapa penghembusnya, bahwa Anies lah yang akan ditunjuk selaku Plt Gubernur lewat SK Kemendagri sampai 2024. Jika kabar selentingan itu benar, itu bukan hal yang aneh. Pada pihak tertentu itu bisa disebut positif. Agar pembangunan tetap sinambung dengan apa yang sudah dikerjakan.

Bacaan Lainnya
banner 400x400

Jika itu benar pastinya akan disambut gembira warga Jakarta yang belum ingin berpisah dengan sang Gubernur. Kekosongan jabatan kepala daerah dibeberapa wilayah, yang Pilkadanya dibuat serentak 2024, memunculkan kerugian bagi kepala daerah yang baru menjabat satu periode, dan ingin lanjut pada periode keduanya. Dipaksa parkir mengganggur bisa setahun, bisa dua tahun. Padahal kesinambungan pembangunan bisa berjalan sebagaimana yang diharapkan, jika ia terpilih langsung lewat Pilkada setelah jabatannya berakhir.

Anies Baswedan dan banyak kepala daerah lainnya mengalami nasib mesti nganggur dua tahun, jika ia ingin maju lagi selaku Gubernur DKI Jakarta untuk periode keduanya. Itu jika Plt Gubernur diberikan pada pihak lain.

Pertanyaan berikutnya muncul, apakah Anies Baswedan bersedia jika ia ditunjuk meneruskan jabatannya lewat SK Kemendagri. Artinya, ia tidak perlu “menganggur” sampai 2024. Jika tawaran selaku Plt Gubernur itu benar terjadi, apakah Anies mau mengambilnya. Bagi yang mengenal jejak rekam Anies, maka pertanyaan itu tidak salah diajukan.

Pada pribadi lain, bisa jadi jabatan Plt Gubernur, itu bisa dilihat sebagai sesuatu hal biasa bahkan menggiurkan. Siapa _sih_ yang tidak mau tambahan jabatan hingga dua tahun sebagai Gubernur, yang diperoleh dengan tanpa berkeringat. Bagi yang mengenal Anies, tawaran itu belum tentu diterimanya. Anies punya jejak yang baik berkenaan dengan demokratisasi. Dugaan justru muncul, bahwa Anies akan menolak jika ditunjuk sebagai Plt Gubernur. Anies memilih jabatan itu, jika ingin diambilnya, itu lewat Pilkada, dipilih langsung oleh rakyat. Meski konsekuensinya ia mesti “menganggur” dua tahun.

Dipilih langsung rakyat tentu berbeda dengan ditunjuk lewat SK Kemendagri. Dipilih langsung lewat Pilkada, itu pertanggungjawabannya langsung pada rakyat, dan tentu punya legitimasi yang kuat. Sedang sebagai Plt Gubernur yang ditunjuk, pastilah wewenang geraknya akan serba terbatas. Semua kebijakan mesti disesuaikan dengan si pemberi mandat. Bergeraknya serba minta petunjuk, dan itu menghambat.

Pangung-panggung Sudah Tersedia

Berakhirnya jabatan Anies Baswedan selaku Gubernur DKI Jakarta, itu sebenarnya yang dinanti-nanti para pecintanya. Para relawan merebak seantero negeri, yang justru menanti agar bulan Oktober 2022 disegerakan, jika itu mungkin. Tapi pastilah itu mustahil. Biarkan waktu berjalan sewajarnya, dan diharap para relawan pecintanya untuk bersabar menunggu.

Anies Baswedan diharap pecintanya tidak lagi menjadi Gubernur DKI Jakarta. Diharap bisa benar-benar menjadi Gubernur Indonesia. Harapan selayaknya, harapan yang bisa dinalar, itu jika melihat apa yang sudah dibuat Anies Baswedan membangun Jakarta. Karya-karya Anies dalam membangun Jakarta bukan sekadar infrastruktur, tapi juga membangun dengan memanusiakan warganya. Kampung Akuarium bisa sebagai contoh. Bagaimana kelompok warga tertentu yang digusur oleh kebijakan Gubernur Jakarta sebelumnya (Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok), itu diambil alih jadi kebijakan yang manusiawi. Dibangunkan rumah tinggal deret ke atas yang representatif. Itu satu contoh yang bisa dilihat.

Juga rencana Sutiyoso, Gubernur DKI Jakarta sebelumnya, yang menjabat dua periode, tapi belum bisa merealisasi apa yang direncenakannya. Itu berkenaan dengan pembangunan stadion sepak bola untuk klub Persija Jakarta. Rencana yang belum bisa terealisasi, itu karena sebab-sebab tertentu. Bagi Gubernur DKI Jakarta sebelum Anies menjabat, yaitu Ahok, yang mengatakan bahwa pembangunan stadion itu bukan tanggung jawabnya untuk diteruskan.

Anies Baswedan yang tampil mengambil alih rencana yang belum dikerjakan Sutiyoso itu. Anies membangun stadion sepak bola tidak ala kadarnya. Tapi stadion sepak bola bertaraf internasional. Namanya Jakarta International Stadium (JIS). Disinyalir JIS bahkan lebih baik, atau setidaknya tidak kalah dengan stadion Anfield, markaz klub Mancahster United. Pantas saja Pak Sutiyoso tanpa segan menampakkan sikap respek dengan mengucapkan terima kasih pada Anies, yang telah menyelesaikan stadion prestisius, janji yang tidak dapat direalisasikannya.

Juga, jika mau jujur dengan tidak cuma bisa nyinyir, maka pastilah bisa merasakan, bahwa kemacetan di Jakarta sudah jauh berkurang, tidak seperti sebelumnya. Terasa bahwa moda transportasi terintegral yang digagas Anies Baswedan dan jajarannya, yang disebutnya sebagai kerja kolaborasi, sudah mulai bisa dirasakan. Jakarta dari tahun ke tahun peringkat sebagai kota termacet di dunia meningkat, artinya tingkat kemacetan menurun. Sebagaimana yang dirilis lembaga kredibel Tom Tom Trafic Index. Pada tahun 2017, Jakarta menempati posisi ke-4 kota termacet di dunia, dari 404 kota di dunia. Tiap tahun peringkat Jakarta naik signifikan, dan tahun 2021 posisi Jakarta ada diperingkat 46.

Juga banjir di Jakarta sudah jauh berkurang. Banjir memang belum bisa diatasi dengan Jakarta bebas banjir. Tapi setidaknya banjir jauh berkurang. Pada wilayah-wilayah tertentu, yang dianggap langganan banjir, genangan air di sana tidak perlu sampai berhari. Cuma hitungan jam banjir sudah surut. Tampak pemerintah provinsi bekerja serius menanggulangi banjir, termasuk pengerukan sungai yang terus dikerjakan .

Juga pembangunan sumur resapan, punya andil besar mengurangi banjir. “Penemuan” sumur resapan ini dilihat pihak-pihak tertentu dengan nyinyir, dianggap proyek gagal dan buang-buang uang. Tapi anehnya, “temuan” sumur resapan itu justru diadopsi Pemkot Solo dan Pemkot Medan untuk mengurangi banjir di kotanya. Konon dipakai pula di Ibu Kota Negara (IKN) yang sedang dibangun di Kalimantan Timur. Nyinyir yang hanya dikhususkan pada DKI Jakarta, tapi justru diakui dan dipakai pihak-pihak lain di kotanya.

Melihat kerja-kerja Anies yang tampak benderang nyata, itu buat kesengsem warga di luar Jakarta. Berharap Anies bisa menakhkodai negeri ini, yang memang butuh pemimpin yang punya sikap tegas mengeksekusi semua kebijakan dengan terukur. Karenanya, muncul relawan-relawan di daerah yang terus bergerak, bahkan di beberapa daerah terbentuk komunitas relawan sampai tingkat kecamatan.

Di setiap daerah pun bermunculan “panggung-panggung” untuk Anies Baswedan. Disediakan untuk pada saatnya, setelah purna tugas selaku Gubernur DKI Jakarta, jadi tempat Anies manggung menyapa para pecintanya. Ikhtiar menghadirkan pemimpin sesungguhnya jadi harapan mereka yang ingin merubah nasibnya menjadi lebih baik. Pada Anies lah sepertinya harapan baru negeri ini disematkan. (*)

 

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *