Menko PMK: Saat ini Kebenaran Datang dari Banyaknya Follower, Like dan Upload Ulang

banner 400x400

JAKARTA, Hajinews.id — Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) yang juga Ketua Dewan Pembina Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia (PP IPHI) Muhadjir Effendy mengatakan, kegagalan banyak orang dalam belajar adalah kegagalan memilah informasi yang tepat, terutama dari gawai masing-masing.

“Tugas kita sekarang adalah bagaimana bisa mengais dan mencari informasi yang bernilai dalam bak sampah, terutama sampah virtual,” kata Muhajir saat menjadi pembicara dalam Rapat Kerja Nasional (Rakornas) Bidang Perpustakaan 2022, bertajuk “Transformasi Perpustakaan untuk Mewujudkan Ekosistem Digital Nasional”, yang digelar secara hybrid (luring dan daring) dari Ballroom Hotel Bidakara Jakarta, Selasa, (29/3/2022).

Bacaan Lainnya
banner 400x400

Menurut Muhadjir, tantangan terbesar bangsa Indonesia dalam kaitannya dengan perpustakaan digital dan literasi digital adalah Indonesia masih memiliki kesadaran aksiologis yang cukup rendah di dalam ruang interaksi digital.

“Karena tidak selektif, maka dunia maya kita kemudian mempengaruhi aura nasional kita memiliki aura kegelapan, penuh dengan hiruk-pikuk yang tidak mendukung ke arah kemajuan dan kewibawaan bangsa Indonesia,” ujarnya.

Ia pun menggarisbawahi bahwa di era digital ini, kebenaran tak lagi datang mutlak dari sebuah sebuah temuan yang bisa dipertanggungjawabkan secara prosedural dan bisa dipertahankan secara profesional.

“Saat ini, kebenaran datang dari seberapa follower-nya, berapa yang like, berapa yang upload ulang. Kita bisa jadi tidak waras karena meladeni orang-orang tidak waras (di media sosial),” ucapnya.

Poin-poin penting itulah, menurut Menko PMK menjadi tugas Perpustakaan Nasional (Perpusnas), perpustakaan daerah, para pustakawan dan seluruh pegiat literasi untuk membentuk isi kepala seluruh rakyat melalui ‘Gerakan Literasi’.

“Pustakawan adalah penanggung jawab peradaban bangsa. Kalau mau menghancurkan peradaban sebuah bangsa, hancurkan perpustakaannya. Kalau kita ingin membangun peradaban suatu bangsa, bangunlah perpustakaannya,” katanya.

Maka kata Muhadjir, digitalisasi perpustakaan bukan lagi menjadi pilihan, tapi sudah menjadi keharusan.

Pasalnya, digitalisasi perpustakaan sebagai induk dari seluruh bentuk perpustakaan di Indonesia.

Perpusnas harus membangun ekosistem nasional untuk mentransformasi keberadaan perpustakaan menjadi sumber belajar.

“Tingkat keberhasilan perpustakaan itu, tak lagi berapa banyak yang berkunjung atau meminjam buku, tapi setelah dia datang ke perpustakaan, apa produk atau output yang dihasilkan,” katanya.

Muhadjir menekannya bahwa perpustakaan harus hadir di seluruh pelosok negeri, termasuk ke desa-desa.

Karena pemerintah telah menganggarkan dana perpustakaan melalui Kementerian Desa untuk maksud itu.

“Perpustakaan mobil atau perpustakaan bergerak juga terus dijalankan, apalagi peta jalan literasi saat ini masih belum berjalan maksimal, karena efek pandemi Covid-19 sangat terasa. Tapi, semoga target yang direncanakan pemerintah melalui RPJMN juga bisa terealisasi dengan cepat,” katanya. (dbs)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *