Mengupas Sosok Sang Pemimpin Autentik

Sang Pemimpin Autentik
buku anies baswedan
banner 400x400

Pemimpin yang dimaksud dalam hal ini ialah pemimpin autentik atau setidaknya figur dengan kualitas yang paling dekat dengan atribut tipe pemimpin ideal ini. Baca juga:. Tipe pemimpin autentik yang beririsan tebal dengan kapasitas intelektual, integritas moral, dan kinerja Anies Baswedan, dileng kapi karakternya sebagai solidarity maker dan administrator, dibahas di bagian kedua, Gagasan dan Narasi Anies Baswedan. Pemimpin autentik, seperti diuraikan dalam buku ini, bukan saja kompeten pada tataran teknis operasional, melainkan juga memiliki visi alternatif dan mampu menerjemahkan visi tersebut ke dalam pilihan kebijakan yang tepat. Prosesnya terhadap dia seperti apa? Pertanyaan-pertanyaan ini yang menjadi tanda tanya besar di masyarakat,” ujarnya. Selain itu, ia berbekal tekad dan keberanian politik yang kuat untuk membongkar sistem ekstraktif yang tidak berkeadilan dan melawan anasir-anasir jahat di balik sistem tersebut. Selama memimpin DKI Jakarta, Anies tampil sebagai pemimpin yang telah selesai dengan dirinya kecuali obsesinya untuk mema- jukan bangsa.

Obsesi tersebut utamanya ingin ia wujudkan melalui pemerataan pendidikan dan terwujudnya keadilan sosial bagi semua yang perlu direalisasikan pada skala nasional–juga menjadi agenda masyarakat global. Seperti yang kerap disampaikannya di berbagai kesempatan, “Persatuan hanya bisa dibangun dan dipertahankan bila ada keadilan. Tidak mungkin bisa membangun persatuan dalam ketimpangan. Keadilan jadi kata kunci yang harus dihadirkan.” Bagian ketiga, Aksi dan Karya Anies Baswedan, memaparkan sejumlah bukti aktual berupa aksi dan karya pria kelahiran Kuningan, Jawa Barat, Mei 1969, itu dalam pembangunan manusia dan demokrasi serta pencapaian agenda global SDGs (sustainable development goals–agenda pembangunan berkelanjutan yang dicanangkan organisasi Persatuan Bangsa-Bangsa dan diadopsi oleh seluruh anggotanya, termasuk Indonesia).

Bacaan Lainnya
banner 400x400

Anies melakukannya melalui gerakan kolaborasi–wujud harmoni dan solidaritas sosial–yang melibatkan berbagai kelompok paling rentan, mulai penyandang disabilitas, warga lansia, anakanak, perempuan, sampai kelompok petani dan peternak di daerah luar Jakarta, seperti Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat, Lampung, dan NTT. Anies menempatkan mereka sebagai subjek pelaku dan penerima manfaat sesuai semangat pembangunan manusia yang menempatkan manusia sebagai pusat pembangunan.     Fitnah dan manusia aneh Sebagai figur pemimpin intelektual yang bertumpu pada ilmu pengetahuan, sikap dan kebijakan Anies tidak selalu mudah dipahami publik, khususnya mereka yang terbiasa dengan narasi-narasi populis. Jagat politik nasional juga sesak dengan para pendengung bayaran (buzzerRp) yang senantiasa memuntahkan fitnah terhadap Anies untuk memperburuk pemahaman publik. Anies, secara jahat, sering diserang etnisitasnya lewat berbagai narasi anti-Arab oleh mereka yang justru biasanya mengeklaim sebagai kelompok pluralis dan anti- SARA.

Bagian keempat, Seputar Fitnah Politik terhadap Anies Baswedan, membedah praktik-praktik politik ‘beracun’ itu mencakup kaitannya dengan politik uang dan lebih jauh tentang bias narasi politik identitas sebagai residu Pilgub DKI Jakarta 2017. ‘Politik uang menjadi jalur utama persenyawaan sistem oligarki dengan pemimpin plastik yang bermuara pada ketidakadilan. Pada gilirannya, ketidakadilan memperparah penderitaan dan ketersisihan (sebagian) rakyat yang kemudian memicu ketegangan politik identitas’ (hlm 141). Di bagian kelima, Menuju Pilpres 2024, penulis mengajak pembaca untuk menyelami selukbeluk langkah dan strategi yang seimbang antara realisme politik (popularitas, akseptabilitas dan elektabilitas) dan idealisme politik (kebutuhan dan kredibilitas politik) untuk dapat memilah dan memilih pemimpin yang berkualitas pada Pilpres 2024. Di tengah berbagai tantangan yang ada dan defisit karakter intelektual, karakter moral, dan karakter kinerja para elite politik saat ini, penulis menyampaikan argumentasi-argumentasi kenapa sosok ‘pemimpin autentik’–satu dari empat tipe pemimpin politik yang diuraikan mendalam di bagian ini–dibutuhkan untuk memimpin Indonesia ke depan.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *