Prabowo Maju Nyapres ke Empat Kali di 2024, Pengamat: untuk Menghambat Gerak Anies Baswedan

banner 400x400

Hajinews.id — Ceo & Founder dan sekaligus Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting, Pangi Syarwi Chaniago mengatakan, deklarasi Prabowo maju kembali sebagai capres dan rencana bakal berpasangan dengan Ketua umum Partai Kebangkitan Bangsa yakni Muhaimin Iskandar (Cak Imin) merupakan fenomena yang menarik dicermati dan kita amati.

Di satu sisi, majunya Prabowo dan Cak Imin sebagai capres meski kita apresiasi, bagian dari upaya bagaimana kader partai yang sudah berdarah-darah membesarkan dan punya konstribusi nyata terhadap partai, harus menjadi prioritas utama partai untuk diusung, sebab bagaimana pun partai politik sebagai saluran penting sumber lahirnya leadership nasional.

Bacaan Lainnya
banner 400x400

Ia menegaskan, majunya Prabowo tentu saja menghambat ruang gerak Anies Baswedan, Anies belum tentu bisa mulus menjadi calon presiden maupun wakil presiden.

Sebab, elektabilitas yang tinggi, misalnya Anies selalu masuk tiga besar, kluster elektabilitas “papan atas”, tidak serta merta mulus menjadi calon presiden, tetap saja partai politik-lah yang punya “veto players” siapa saja capres-cawapres yang bakal mereka usung nantinya.

“Elektabilitas yang tinggi dan moncer di awal tidak ada jaminan bisa lolos dan ikut sebagai peserta kontestasi elektoral pilpres 2024,” kata Pangi, Rabu (24/8/2022).

Prabowo maju sebagai capres, itu artinya kans DNA kemenangan Anies Baswedan terganggu, kita “mahfum” ceruk segmen pemilih Anies dan Prabowo sebetulnya sama, dari basis kolom yang sama, bisa kita terjemahkan dengan bahasa sederhana, majunya Prabowo sebagai capres 2024 sama artinya “memberi jalan” atau karpet merah ke “Ganjar Pranowo” agar bisa mulus menang pada pilpres 2024.

“Karena apa? Basis ceruk segmen Ganjar tetap tidak terbelah (straight ticket voting) semakin solid dan bulat, sementara basis suara Anies dan Prabowo terbelah (split ticket voting),” ucapnya.

Data crostabb by column Voxpol Center Research and Consulting bulan maret 2022 menunjukkan bahwa pemilih partai Gerindra memilih Prabowo sebesar 55,9 persen, sementara pemilih partai Gerindra yang memilih Anies Baswedan presentasenya sebesar 44,7 persen. Dari data ini menunjukkan bahwa pemilih partai gerindra split ticket voting terbelah ke capres Anies dan capres Prabowo secara signifikan.

“Jadi saya bisa maklum, apa yang mendasari, melatarbelakangi dan mengapa Prabowo ngotot banget maju sebagai capres?” bebernya.

Kedua, lanjutnya, hal yang terpenting bagi Prabowo, bagaimana memastikan elektabilitas Partai “Gerindra tertolong” dengan majunya Prabowo sebagai capres, karena bukan apa-apa, pengaruh Prabowo effect dianggap lebih kuat ketimbang Gerindra effect, dari bentangan emperis yang sudah-sudah.

“Prabowo pernah merasakan keberkahan “cottail effect” majunya beliau sebagai kandidasi capres 2019, signifikan terhadap peningkatan perolehan suara Gerindra, ini soal eksistensi dan masa depan partai Gerindra, apalagi pemilu kita serentak (concurrent) antara memilih partai dan memilih presiden. Sebuah keniscayaan kalau partai tidak mengusung kadernya maju sebagai capres,” ungkapnya.

Majunya Prabowo juga makin membatasi “kesempatan” Anies diusung parpol sebagai capres, apalagi kuata 20 persen parpol koalisi sebagai syarat mengajukan capres-cawapres, tentu ini menyulitkan secara matematika politik, tidak mudah bagi Anies yang bukan kader parpol dan tidak punya partai.

“Dengan demikian, majunya Prabowo sebagai Capres tentu saja semakin menutup ruang Anies untuk mendapatkan “boarding pass” dari partai politik,” ucapnya.

Kalaupun nantinya Prabowo kalah atau menang tetap partai Gerindra yang menang banyak. Majunya Prabowo sebagai capres secara tidak langsung sangat menguntungkan Ganjar, pada saat yang sama menunjukkan bahwa Anies Baswedan mungkin terganjal sebagai capres-cawapres, sebab elite penentu di partai mengunci kandidasi, artinya boleh jadi elektabilitas yang tinggi hanya akan menjadi “hiasan” berita media, cukup menghibur di awal saja.

“Oleh karena itu, elektabilitas yang moncer di awal tidak menjamin serta merta bisa maju sebagai kandidasi pilpres 2024. Bagaimana cara mengganjal kemenangan Anies dan bagaimana memuluskan jalan Ganjar menjadi presiden, “kausalitas” kunci penentunya terkait “maju” atau “tidak” Prabowo sebagai capres nantinya,” sebutnya.

Panggil menyebut, Prabowo harus maju sebagai kandidasi dalam rangka memecah suara, kalah atau menang tak ada beban, hasil diujung dalam politik selalu ada deal-deal politik di belakang layar.

“Karena cukup berhasil mengganjal Anies sebagai calon potensial capres 2024, soal apa deal-deal politiknya sebagai ucapan terima kasih, tentu saja kita terlalu jauh untuk membahasnya lebih detail,” tutupnya.(dbs)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *