Tafsir Al-Quran Surat Ad-Dukhan Ayat 17-24: Kesombongan Akan Mengakibatkan Kehancuran

Kesombongan Akan Mengakibatkan Kehancuran
Prof. Dr. KH Didin Hafidhuddin, Anggota Dewan Penasihat Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, PP IPHI.

Ta’lim Bakda Subuh
Ahad, 11 September 2022

Oleh: Prof. Dr. KH Didin Hafidhuddin, Anggota Dewan Penasihat Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, PP IPHI.

Bacaan Lainnya
banner 400x400

Disarikan oleh Prof. Dr. Bustanul Arifin

Hajinews.id – Alhamdulillahi rabbil a’lamin. Kaum muslimin, para jamaah shalat subuh Masjid Al-Hijri 2, Kampus Universitas Ibnu Khaldun Bogor, kita dapat meneruskan kajian kita, Tafsir Al-Quran pada Ahad pagi ini, tanggal 14 Shafar 1444 H bertepatan dengan tanggal 11 September 2022, untuk mendalami ayat-ayat Allah. Insya Allah kita meneruskan Surat Ad-Dukhan ayat 17-24, yang artinya “Dan sungguh, sebelum mereka Kami benar-benar telah menguji kaum Fir’aun dan telah datang kepada mereka seorang Rasul yang mulia, (dengan berkata), “Serahkanlah kepadaku hamba-hamba Allah (Bani Israil). Sesungguhnya aku adalah utusan (Allah) yang dapat kamu percaya, dan janganlah kamu menyombongkan diri terhadap Allah. Sungguh, aku datang kepadamu dengan membawa bukti yang nyata. Dan sesungguhnya aku berlindung kepada Tuhanku dan Tuhanmu, dari ancamanmu untuk merajamku, dan jika kamu tidak beriman kepadaku maka biarkanlah aku (memimpin Bani Israil).” Kemudian dia (Musa) berdoa kepada Tuhannya, “Sungguh, mereka ini adalah kaum yang berdosa (segerakanlah azab kepada mereka).” (Allah berfirman), “Karena itu berjalanlah dengan hamba-hamba-Ku pada malam hari, sesungguhnya kamu akan dikejar, dan biarkanlah laut itu terbelah. Sesungguhnya mereka, bala tentara yang akan ditenggelamkan.”

Ada beberapa pelajaran penting: Pertama, misi para Rasul, yang dicontohkan oleh Nabi Musa AS, yaitu pembebasan manusia: Tidak boleh ada penjajahan, perbudakan, karena hal itu bertentangan dengan nilai-nilai kemanusian, dengan fitrah manusia. Tidak boleh suatu suku merasa lebih baik dari bangsa lain. Satu bangsa merasa lebih baik dari bangsa lain. Satu keturunan tidak merasa lebih baik dari keturunan lain. Kriteria kemuliaan seseorang terletak pada perilakunya atau taqwa-nya. Perhatikan Surat Al-Hujurat ayat 13, “Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahateliti”. Sekali lagi, semua Rasul Allah mengajarkan pembebasan. Tidak boleh ada perbudakan dan kesewenangan terhadap sesama manusia. Termasuk penguasa tidak boleh membohongi hambanya. Pada zaman Rasulullah SAW, semakin gencar upaya pembebasan para budak dan mereka kaum tertindas ini. Termasuk para sahabat juga saling berlomba-lomba untuk membebaskan perbudakan, yang terjadi pada zaman jahiliyah, sebelum datangnya islam, yang dibawa oleh Rasulullah SAW.

Nikmat yang diberikan oleh Allah SWT ada beberapa tingkatan, yaitui:

  1. Nikmat kehidupan, diberikan kepada semua makhluq
  2. Nikmat bersifat khusus, yaitu kemerdekaan atau kebebasan (Al-Istiqlal, Al-Hurriyah) yang hanya diberikan kepada manusia,
  3. Nikmat khusus yang diberikan kepada kelompok khusus, yaitu nikmat hidayah, yaitu nikmat iman dan islam.

Para founding fathers negara ini bahkan sangat yakin bahwa “Kemerdekaan adalah sarana menuju kehidupan yang lebih baik”. Sebagian besar para pendiri ini beragama islam, sehingga kosa kata yang dipilih dalam meletakkan fondasi bernegara adalah bahasa-bahasa bernuansa agama. Misalnya, seperti tertulis dalam Alinea ketiga Pembukaan UUD 1945, “Atas berkat rakhmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya”.

Para penentang ajaran Nabi Allah ini umumnya memiliki kekuasaan, seperti Firaun yang sangat sombong, bahkan telah mengaku sebagai tuhan, yang amat berkuasa. Nabi Musa AS dengan jelas menentang hal-hal penindasan dan kesewenangan itu. Pada ayat-ayat Ad-Dukhan tadi telah disebutkan perkataan Nabi Musa AS kepada kekuasaan Firaun, “Jangan sombong kepada diri Allah. Sungguh, aku datang kepadamu dengan membawa bukti yang nyata. Jika kalian mau membunuhku, aku akan berlindung kepada Tuhanku dan Tuhan kamu sekalian”. Kita paham semua cerita tersebut bahwa Firaun dan tentaranya tenggelam di Laut Merah. Firaun sempat berupaya bertaubat di saat akan tenggelam itu, walau taubatnya tidak diterima, karena terlambat dan karena tidak didasari keimanan dan kesadaran tinggi. Taubat yang dilakukan secara terpaksa tidak akan diterima oleh Allah SWT. Perhatikan Surat Yunus ayat 90. “Dan Kami selamatkan Bani Israil melintasi laut, kemudian Fir‘aun dan bala tentaranya mengikuti mereka, untuk menzhalimi dan menindas (mereka). Sehingga ketika Fir‘aun hampir tenggelam dia berkata, “Aku percaya bahwa tidak ada tuhan melainkan Tuhan yang dipercayai oleh Bani Israil, dan aku termasuk orang-orang Muslim (berserah diri)”.

Pelajaran penting lain dari ayat-ayat yang dibacakan tadi adalah bahwa kesombongan akan mengakibatkan kehancuran di dunia, apalagi di akhirat kelak. Berikutnya, seberapa pun hebat dan berkuasanya seorang manusia, dia akhirnya akan meninggal juga. Allah SWT telah memberikan ibrah penting dari kisah kesombongan Firaun ini di dalam Al-Quran, untuk dijadikan pelakaran penting bagi manusia di akhir zaman. Perhatikan Surat Yunus ayat 91-92 “Mengapa baru sekarang (kamu beriman), padahal sesungguhnya engkau telah durhaka sejak dahulu, dan engkau termasuk orang yang berbuat kerusakan. Maka pada hari ini Kami selamatkan jasadmu agar engkau dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang setelahmu, tetapi kebanyakan manusia tidak mengindahkan tanda-tanda (kekuasaan) Kami”. Pada 1900an, suatu tim ekspedisi arkeologi telah memukan fosil atau mumi yang dipercaya sebagai Firaun atau Raja Ramses II, karena terdapat bekas-bekas garam yang memenuhi sekujur tubuhnya. Fosil mumi jazad Firaun itu sampai sekarang disimpan di museum di Kairo, Mesir. Bahkan, ada yang mengatakan bahwa Fir’aun tidak diterima oleh bumi.

Menjawab pertanyaan apakah termasuk kesombongan jika tidak mau menggunakan hukum-hukum Allah, bahkan cenderung berbuat kerusakan di muka bumi? Perhatikan Al-‘Araf ayat 96, “Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan”. Syetan disebut terkutuk karena memililki dua sifat sombong dan takabbur. Kita diperintah untuk tunduk dan tidak sombong. Ingat, Adzab Allah atas kesombongan itu kadang bersifat mendadak, secara tiba-tiba tanpa disadari.

Menjawab pertanyaan tentang kesombongan di kalangan intelektual, misalnya yang berhubungan dengan paten. Hakikat sombong itu adalah menolah kebenaran dari orang lain, merasa leboih baik dari orang lain. Penyebabnya bermacam-macam, di antaranya adalah: (1) Kekuasaan seperti Firaun. Sampai keluar pernyataannya, “Aku tidak tahu jika ada tuhan selain aku”, (2) Kekayaan, seperti Qarun. Perhatikan Surat Al-Qashash ayat 78, “Dia (Karun) berkata, “Sesungguhnya aku diberi (harta itu), semata-mata karena ilmu yang ada padaku.” Tidakkah dia tahu, bahwa Allah telah membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih kuat daripadanya, dan lebih banyak mengumpulkan harta? Dan orang-orang yang berdosa itu tidak perlu ditanya tentang dosa-dosa mereka.” Qarun itu berpaham materialisme, kapitalisme. Semua ini karena usaha saya sendiri, bukan pertolongan Allah. (3) Ilmu atau kepandaian, yang lebih senang berbedat terus, tidak mau disalahkan. Contoh orang pintar tidak sombong, disebut Ulul Albab. Perhatikan Surat Az-Zumar ayat 17-18 “Dan orang-orang yang menjauhi thagut (yaitu) tidak menyembahnya dan kembali kepada Allah, mereka pantas mendapat berita gembira; sebab itu sampaikanlah kabar gembira itu kepada hamba-hamba-Ku, (yaitu) mereka yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya. Mereka itulah orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah dan mereka itulah orang-orang yang mempunyai akal sehat”.

Menjawab pertanyaan tentang sumber daya alam di Indonesia yang banyak dikuasai asing, sehingga di Indonesia masih banyak miskin. Penguasa bertanggung jawab dunia akhirat terhadap kebijakan yang diambil untuk membebaskan masyarakat dari kemiskinan, Sebenarnya penyebab kemiskinan ada beberapa, di antaranya: (1) sikap ada budaya malas, tidak mau bekerja dll, (2) struktural, karena kebijakan yang tidak berpihak. (3) alam, gempa bumi, bencana alam dan lain-lain. Oleh karena itu, penguasa dan kita semua perlu terus berupaya berkontribusi untuk mengurangi angka kemiskinan tersebut.

Mari kita berdoa untuk jamaah yang sakit dan dalam proses penyembuhan, agar segera diangkat penyakitnya dan disembuhkan oleh Allah SWT. Kita juga perlu mendoakan jamaah yang telah mewaqafkan rumahnya yang cukup besar untuk Rumah Tahfidz Quran. Mari kita bacakan Surat Al-Fatihah bersama untuk beliau-beliau itu. Terkahir, mari kita tutup pengajian kita dengan doa kiffarat majelis. “Subhaanaka allahumma wa bihamdika. Asy-hadu an(l) laa ilaaha illaa anta. Astaghfiruka wa atuubu ilaika”. Demikian catatan ringkas ini. Silakan ditambahi dan disempurnakan oleh hadirin yang sempat mengikuti Ta’lim Bakda Subuh Professor Didin Hafidhuddin tersebut. Terima kasih, semoga bermanfaat. Mohon maaf jika mengganggu. Salam. Bustanul Arifin

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *