Disway: Siapa Membunuh Putri (10) – Beradu Headline

Beradu Headline
Ilustrasi pembacokan. (Pixabay)--

Bang Eel melemah.  Ia berkompromi.  Ia menyetujui pendapatku.

Bacaan Lainnya
banner 400x400

Dan pagi itu wajah kora seperti dipenuhi oleh tiga koran dengan headline yang berbeda. Metro Kriminal dengan berita utama Pembantu dan Anak Polisi Ditemukan, Istrinya Masih Hilang.  Podium Kota menjual headline Maestrocorp Mulai Berproduksi!. Dinamika Kota juga memuat berita Maestrocorp sebagai headline kedua, dan berita utama yang mencolok: Siapa Membunuh Putri.  Tanpa tanda tanya.

Semalam judul itu harus diperdebatkan dulu. Bang Eel hanya ingin yakin dengan kata ”Membunuh”. Saya katakan jelas itu pembunuhan. Mula-mula soal penemuan koper. Polisi Polsek Telagapinggir yang pertama mendapat laporan sempat memberi keterangan pada Ferdy yang beruntung sekali kebetulan sedang berada di sana.  Ferdy mendapat foto koper merah muda itu dalam mobil patroli dibawa dari TKP ke Polresta.  Polisi itu juga memberi keterangan dugaan isi koper tersebut mayat. Dia memang tak membukanya, karena penemuan itu segera dilimpahkan ke Polresta. Ferdy juga mengunjungi TKP berdasarkan info dari petugas polisi Polsek Telagapinggir itu.

”Kayak dibuang di tempat yang sengaja agar cepat ditemukan,” kata Ferdy.  Humas Polresta yang semalam dikonfirmasi mengiyakan penemuan tersebut tapi belum mau beri keterangan lebih lengkap. ”Tunggu besok saja. Tapi betul soal koper merah itu. Itu memang milik korban,” katanya.

Dan itu cukup.

Malam itu saya tidur di kantor. Selain karena capek dan tegang, memastikan koran dicetak sampai mesin cetak berhenti, saya suruh Ferdy ajak anak dan istrtinya tidur di rumah kontrakan saya. Sampai dia dapat rumah kontrakan sendiri. Ia tak enak sama keluarga istrinya yang mereka tumpangi sejak pertama kali datang ke kota ini.

Pagi-pagi saya dibangunkan anak-anak pemasaran yang dengan semangat lapor edisi perdana kami sudah habis sebelum pukul 11. ”Jadi cetak 10 ribu?” tanyaku pada manajer pemasaran.

”Kita tambah cetak seribu eks untuk promosi. Tapi jadinya semua kita jual,” kata manajer pemasaran kami. Bang Eel datang dan suruh orang membingkai halaman pertama edisi perdana itu. ”Sejarah kita ini!” katanya.

Aku menemui Mas Halim, dia sedang setor. Mas Halim salah satu agen besar kami.  ”Gimana, Mas, koran baru kita? Bagus penjualannya?” tanyaku.

”Anak-anak loper ada yang jual sampai dua kali lipat harga eceran masih dibeli orang,” kata Mas Halim. ”Bisa cetak lagi, nggak?” pintanya. Jelas saja tak bisa. (Hasan Aspahani)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *