Azra, Cendekiawan Independen Tanpa Pretensi

Azyumardi Azra
Azyumardi Azra

Pada 28 September 2010, atas jasanya dalam pembentukan UK-Indonesia Islamic Advisory Group, ia memperoleh gelar Commander of the Order of the British Empire (CBE). Ia menjadi orang pertama di luar negara anggota persemakmuran (perserikatan bekas jajahan Inggris) yang memperoleh gelar tersebut. Dengan gelar itu, ia berhak mendapat gelar Sir, sebuah gelar kebangsawanan Inggris. Ia juga bebas keluar-masuk Inggris tanpa visa. Pada 2017, ia juga meraih gelar Order of Rising Sun: God and Silver Star dari Jepang. Anugerah ini diberikan atas jasanya dalam membangun pengertian tentang Islam bagi masyarakat Jepang. Dari dalam negeri, ia meraih anugerah Sarwono Prawirohardjo Memorial Lecture dari LIPI pada 2017.

Ada tiga warisan terbesarnya. Pertama, disertasinya tentang jaringan ulama Nusantara. Ini studi terbesar karya anak bangsa yang mendapatkan apresiasi dan menjadi rujukan dunia internasional. Buku ini merupakan hasil riset yang panjang, tekun, cermat. Ia harus berkeliling ke berbagai negara untuk mendapatkan data bagi risetnya tersebut. Kedua, Islam wasathiyah (Islam jalan tengah). Jika kekuatan buku Jaringan Ulama adalah pada temuan risetnya tentang kait mengait guru-murid ulama nusantara dengan ulama Timur Tengah maupun pusat-pusat Islam lainnya, maka Islam Wasathiyah adalah gagasannya tentang Islam di abad modern ini. Hal ini ia sampaikan di banyak kesempatan; di tulisan maupun saat berbicara di media massa. Di bukunya, Relevansi Islam Wasathiyah, gagasannya itu ia rujuk dari QS 2: 143. “Masa depan Islam tidak ada yang lain kecuali Islam wasathiyah. Inilah Islam yang dapat menjadi rahmatan li al ‘alamin,” tulisnya. Baginya, Islam wasathiyah adalah Islam yang moderat, inklusif dan toleran sehingga bisa membawa kemajuan bagi umat Islam. “Indonesia beruntung sejak masa islamisasi menemukan momentum di wilayah ini pada pertengahan abad ke-13, Islam yang berkembang adalah Islam wasathiyah,” katanya. Dengan demikian, Islam wasathiyah tak hanya memiliki dasar di dalam Alquran dan hadis tapi juga memiliki basis historiknya.

Bacaan Lainnya
banner 400x400

Ketiga, kekuatan karakternya pada sikap akademik dan intelektualnya. Ia menjaga integritas, independensi, dan daya kritisnya. Hal ini semata-mata untuk kemajuan Indonesia, demokrasi, dan kemanusiaan. Sikapnya tak ditujukan untuk power play. Karena itu ia tak aktif di organisasi atau lembaga sosial, apalagi politik.

Ia orang yang sangat ringan hati untuk menulis endorsement sebuah buku. Dua buku saya ada endorsement dari Prof Azra. Saya juga sudah meminta kesediaannya untuk membaca rancangan buku saya berikutnya sekaligus memberikan kata pengantar. Ia sudah bersedia. Namun kini ia telah pergi.

Ada kata-kata bijak dari raja mafia Amerika, Meyer Lansky. Katanya, “Jika Anda kehilangan uang, maka Anda tak kehilangan apapun. Jika Anda kehilangan kesehatan, maka Anda kehilangan sesuatu. Tapi jika Anda kehilangan karakter, maka Anda kehilangan segalanya.” Prof Azra memilih hidup sederhana. Ia tak mengejar ambisi uang, popularitas, ataupun kekuasaan. Ia lurus di jalur akademik dan intelektual. Itulah karakter sejatinya.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *