Dalam hal ini, dokter mungkin dapat melakukan tes darah untuk memeriksa kadar hemoglobin, yang merupakan bagian dari sel darah merah dalam tubuh.
Pengobatan biasanya membutuhkan suplemen zat besi atau dalam kasus yang sangat parah harus melakukan transplantasi sel darah merah.
Selain itu, Dr. Leisman juga menyarankan agar orang-orang yang didiagnosis menderita anemia untuk memeriksa fungsi ginjal dengan laju filtrasi glomerulus (GFR). Ini adalah tes darah untuk memeriksa seberapa baik ginjal menyaring darah.
Nasional Diabetes dan Penyakit Pencernaan dan Ginjal (NIDDK) menyebut dalam tes GFR, skor minimal 60 masih dianggap normal, tapi bila kurang dari skor itu menunjukkan penyakit ginjal.
“Kami biasanya mulai melihat anemia ketika GFR pasien berada di usia 30-an,” kata Dr. Leisman.
4. Urin berdarah atau berbusa
Karena ginjal tidak mampu menyaring racun dalam tubuh, seseorang bisa mengeluarkan urin beserta darah atau busa.
Meskipun ini bisa saja disebabkan oleh infeksi saluran kemih (ISK) atau batu ginjal, tanda urin berdarah juga mengindikasikan penyakit ginjal.
“Ketika ginjal sehat, filternya sebenarnya mencegah darah memasuki urin,” jelas Dr. Greenwell.
Tetapi ketika rusak, ginjal membiarkan sejumlah kecil darah bocor. Kadang-kadang, juga, seseorang yang mengalaminya benar-benar melihat darah yang terlihat merah, seperti teh atau soda.
Dalam beberapa kasus, bisa saja darah baru terlihat melalui urinalisis rutin, ketika dokter mengecek sampel urin dengan mikroskop.
Sementara itu, jika urin berbusa putih, tanda ini menunjukkan kadar albumin yang tinggi, yaitu protein yang biasanya ditemukan dalam jumlah kecil di urin.
Dr. Leisman menyebut ini adalah protein yang sama di telur, itulah sebabnya urin akan memiliki konsistensi putih telur berbusa yang sama.
“Ketika ginjal rusak, salah satu hal pertama yang sulit disaring adalah protein,” ucap Dr. Leisman.