Prof Din Syamsuddin: 5 Kriteria Pemimpin 2024 yang Dibutuhkan Indonesia

Kriteria Pemimpin 2024
Prof Din Syamsuddin. Foto/ilustrasi: tangkapan layar youtube cnn

Mumpuni dan Visioner

Karena Indonesia ditegakkan atas dasar kebersamaan, maka menurut Prof Din, kriteria pemimpin keempat ialah mumpuni dan visioner. Bagaimana cita-cita nasional bangsa Indonesia diterjemahkan dalam konteks dinamika global yang baru, di mana sang pemimpin harus masuk ke pergaulan internasional.

“Ini era kompleks sekali. Sekarang terjadi dinamika geopolitik di ekonomi global, pergeseran pusat gravitasi ekonomi, kebangkitan Asia Timur. Bagaimana kita menghadapi itu semua, kita berada di kawasan itu,” ujarnya.

Bacaan Lainnya
banner 400x400

Dia mengenang, dulu Bung Karno sudah masuk bahkan memimpin di pergaulan internasional. Prof Din lantas menyayangkan Indonesia kini mengalami kemunduran. “Bukan menjadi pemain kunci,” terangnya.

Sehingga menurutnya, Indonesia juga perlu pemimpin yang punya global outreach (mampu menjangkau global) walaupun merakyat secara domestik alias memperhatikan rakyat.

Pemimpin Otentik

Terakhir, menurut Prof Din, pemimpin Indonesia 2024 nanti harus bisa menjadi pemimpin sejati. Dia menekankan, “Kesejatian (otentisitas) sebagai pemimpin sangat diperlukan, maka integritas sangat penting!”

Akibat ketiadaan otentisitas itu, menurutnya, muncul perbedaan ucapan dan perilaku. “Apa yang dikatakan hari ini tidak sama dengan apa yang dikatakan besok. Ini akan mempengaruhi generasi penerus. Kita tidak memberi keteladanan hikmat kebijaksanaan. Akhirnya politik itu tidak bersifat edukatif (mendidik generasi penerus),” jelasnya.

Memandang ke depan, Prof Din berpendapat, setelah kebangkitan Asia Timur, rotasi kehidupan peradaban dunia akan bergerak ke Selatan dan Barat. “Indonesia harus menjadi kunci! Mungkin kurang dari seratus tahun yang akan datang,” lanjutnya memprediksi.

Dia pun bertanya retorik, “Bisakah pemimpin Indonesia punya visi yang sudah termaktub dan tersirat ataupun tersurat dalam pembukaan UUD 1945?” Hal lalu luar biasa inilah yang menurutnya sejauh ini tidak diterjemahkan, bahkan diselewengkan. (*)