Serem, Kelangkaan Dolar AS Sudah Mulai Grogoti Perusahaan

Stack of United States of America USD 100 One Hundred Dollars Federal Reserve Notes Pile on Wicker Background

Hajinews.id — Fenomena kelangkaan dolar Amerika Serikat di pasar yang membuat pelemahan rupiah mulai menekan keuangan perusahaan-perusahaan di Indonesia. Mereka umumnya yang memiliki banyak utang dalam bentuk dolar AS sehingga pelemahan rupiah membuat biaya bayar atau restrukturisasi pinjaman semakin mahal.

Terbaru adalah PT Kawasan Industri Jababeka Tbk (KIJA) yang rating utang jangka panjangnya dipangkas oleh PT Fitch Ratings Indonesia, menjadi CC dari sebelumnya di level B- pada pekan lalu. Peringkat CC menunjukkan adanya potensi risiko KIJA gagal bayar utang.

Bacaan Lainnya
banner 400x400

Downgrade peringkat utang itu juga mengenai obligasi senior tanpa jaminan senilai US$300 juta yang baru akan jatuh tempo pada 5 Oktober 2023. Rating obligasi yang kini menjadi CC dari B- ini dijamin oleh KIJA dan diterbitkan oleh anak usahanya Jababeka International BV.

Menurut Fitch, penurunan peringkat mencerminkan adanya peningkatan ketidakpastian tentang kemampuan KIJA untuk mengatasi pembayaran obligasi yang akan jatuh tempo dalam 12 bulan ke depan.

Padahal, pada awal bulan ini Jababeka sudah mendapat kucuran utang dolar AS dari Bank Mandiri senilai US$100 juta. Utang baru ini jatuh tempo lima tahun dengan cicilan setiap enam bulan sekali. Manajemen sudah mengakui, tujuan utang baru itu diantaranya untuk membayar utang jatuh tempo, termasuk obligasi US$300 juta yang harus lunas Oktober 2023.

Perusahaan-perusahaan yang memiliki pendapatan dalam rupiah, tetapi memiliki kewajiban membayar utang atau membeli komponen bahan baku dalam dolar AS memang sedang menderita. Dan ini tidak terjadi di Indonesia saja, melainkan seluruh penjuru dunia dengan di Asia ada China sebagai pusat episentrumnya.

Masih menurut Fitch, tren penurunan peringkat surat utang korporasi di Asia Pasifik memang sudah meningkat sejak kuartal III tahun ini. Jumlahnya naik menjadi 17 dari 11 pada kuartal sebelumnya, dimana sebaliknya, jumlah kenaikan peringkat turun dari 11 menjadi hanya tiga saja.

Dari fenomena penurunan rating itu, 10 diantaranya dialamatkan kepada perusahaan properti asal China yang sedang mengalami krisis likuditas parah. Dua diantaranya, divonis ke dalam kategori utang spekulatif dari sebelumnya layak investasi. Mereka adalah Country Garden Holdings Company Limited, dan Sino-Ocean Group Holding Limited.

Tekanan pelemahan rupiah tampaknya lebih berat menimpa keuangan perusahaan dari pada pemerintah. Tren ini, diakui oleh Dana Moneter Internasional, dimana lebih separuh pinjaman antar bangsa dan utang internasional dalam denominasi dolar AS.

Menurut penilaian IMF rata-rata pemerintahan di negara berkembang sudah cukup baik dalam mengelola utang dengan menerbitkan obligasi lokal. Namun, tidak dengan swasta yang memiliki tingkat utang dalam mata uang dolar yang sangat tinggi. Ini membuat mereka kesulitan setelah dolar menguat dan suku bunga pinjaman naik.

Sumber: cnbcindonesia

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *