Pelajar Muhammadiyah Ungkap Anak Muda Lebih Tertarik Pilih Capres Baru

Ilustrasi: palapanews.com

Hajinews.id — Ketua Umum Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Muhammadiyah (PP IPM), Nashir Efendi, menanggapi beredarnya nama-nama pada bursa capres dan cawapres yang digadang bakal meramaikan Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 mendatang.

Nashir menilai, pemilih muda baik generasi milenial dan Z lebih tertarik pada nama-nama capres dan cawapres baru, seperti Ganjar Pranowo, Anies Baswedan, Ridwan Kamil, dan Erick Thohir. Dia mengatakan, tokoh baru di bursa Pilpres 2024 bisa menjadi harapan bagi anak muda.

Bacaan Lainnya
banner 400x400

“Paling tidak kita bisa melihat di media itu capres-cawapresnya orang baru. Jika orang baru itu hadir, maka setidaknya itu bisa jadi harapan baru bagi anak muda,” kata dia saat dihubungi IDN Times, Selasa (1/11/2022).

1. Nama capres baru: Ganjar, Anies, Erick, Ridwan Kamil

Menurut dia, dalam proses politik, semua tokoh pasti mulai berlomba mencari pasangan. Dia menilai hal itu sah-sah saja.

Hanya saja, dia berharap semua tokoh bisa tampil dengan membuktikan prestasi-prestasi yang sudah didapat sebelumnya.

“Kalau masih ada orang lama yang ikut kontestasi saya kira anak muda bakal memilih figur yang baru. Ada Pak Ganjar, Pak Anies, Pak Erick, Pak Ridwan Kamil saya rasa keempatnya merupakan sosok yang hampir memenuhi kriteria yang diidamkan anak muda. Saya rasa keempatnya punya media yang bagus dan sering memperlihatkan beberapa keberpihakan kepada anak muda,” ucap Nashir.

2. Calon pemimpin diharapkan bisa atasi masalah ketersediaan lapangan pekerjaan

Selain itu, dia mengungkap, sejumlah kriteria calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) yang ideal menurut generasi milenial.

Nashir mengatakan, generasi muda bakal menjadi pemilih mayoritas di 2024, tentu capres dan cawapres yang melirik isu anak muda bakal berpotensi menang.

Dia menjelaskan, capres yang ideal ialah sosok yang mampu memperjuangkan kekhawatiran dan isu-isu anak muda, di antaranya terkait ketenagakerjaan seperti fasilitas kesejahteraan pekerja hingga ketersediaan lapangan pekerjaan.

“Mereka yang melirik isu anak muda itulah yang menang. Bagi saya, anak muda memiliki masa depan, maka isu yang diperhatikan, bagaimana isu tentang tenaga kerja, fasilitas, dan kesediaan lapangan kerja bagi anak muda,” kata dia.

Selain itu, Nashir juga menjelaskan, calon pemimpin ideal harus peka terhadap kebijakan dan arah bangsa. Serta memahami kondisi sejarah, keanekaragaman, hingga aspek yuridis dan sosiologis masyarakat secara luas.

Termasuk mampu mengedepankan semangat demokrasi dan tidak anti kritik terhadap masukan dari rakyat.

“Selain itu juga, yang mampu membaca tanda-tanda zaman, paham historis sejarah bangsanya, memahami aspek yuridis, sosiologis, dan berintegritas. Serta tidak anti kritik, tapi malah memberi penghargaan kepada pengkritik,” tutur dia.

 

3. Anak muda berpotensi bawa perubahan di Pemilu 2024

Lebih lanjut, pria kelahiran Lamongan ini mengatakan, isu kesehatan mental, lingkungan, dan startup juga harus menjadi perhatian capres, cawapres, dan para calon legislatif (caleg).

Nashir menambahkan, capres juga harus peka terhadap isu pendidikan dan ekonomi yang menentukan arah bangsa ke depan.

“Isu-isu kesehatan mental, lingkungan, startup itu yang harus digaungkan oleh para capres cawapres maupun anggota dewan sehingga bisa merebut suara anak muda. Juga terkait pendidikan dan ekonomi di masa mendatang,” tutur dia.

Selain itu, Nashir menilai generasi muda punya banyak potensi dalam memaksimalkan Pemilu 2024 karena jumlah mereka yang mendekati hampir 60 persen.

“Anak muda bagi saya bisa mengubah kecenderungan pilihan pada partai politik dan capres karena mereka memiliki karakteristik yang berbeda, lahir, tumbuh, dan berkembang di masa kebebasan berpolitik, hal itu beda dengan mereka yang sebelumnya tumbuh dan berkembang di masa non demokratis,” ujar dia.

Sekarang ini, kata dia, anak muda bisa mengakses dengan mudah informasi dengan lebih baik, tapi di sisi lain menjadi peluang untuk mempengaruhi rasionalitas pemilih pemula.

“Sisi positifnya anak muda memilih bukan karena ikut-ikutan ke generasi lama. Tapi mereka akan memilih secara independen, di sisi lain karena tingkat rasionalitas dan kritisnya tinggi juga menjadi tantangan,” imbuh Nashir.

Sumber: IDNTimes

Pos terkait

Tinggalkan Balasan