Hajinews.id – Pengamat politik Refly Harun menyebut besaran presidential threshold 20 persen disebabkan karena dendam PDI Perjuangan (PDIP) sebelumnya.
Diketahui, pada 2004 presidential threshold adalah 15 persen. Hal ini sesuai dengan UU No. 23 Tahun 2003.
Berkat jumlah itu, Susilo Bambang Yudhoyono atau SBY yang diusung Partai Demokrat berhasil mengalahkan pasangan Megawati-Hasyim Muzadi dari PDI.
“Beruntungnya ada aturan peralihan yang menyatakan bahwa karena itu Pilpres pertama maka 3% kursi dan 5 persen suara. Akibatnya, SBY yang 7 persen, Demokrat bisa,” ujar Refly melalui kanal YouTube miliknya, tayang Sabtu (3/12/2022).
Sehingga, bisa jadi, peningkatan besaran presidential threshold adalah bagian dari upaya PDIP untuk menghalangi pergerakan SBY.
Karena, dalam survei, SBY termasuk pesaing moncer yang dianggap melampaui Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri.
“Bisa jadi ada upaya untuk menghalangi SBY karena dalam survei SBY termasuk mouncer yang dianggap melampaui Megawati pada waktu itu,” ujar Refly.
“Belakangan kemudian Megawati di lampaui Prabowo, Prabowo dilangkahi oleh Jokowi,” lanjutnya.
Dengan begitu, maka Refly menyebut pemasangan skor presidential threshold dengan angka yang tinggi adalah hal yang wajar, yaitu untuk menghalangi kandidat potensial seperti SBY.
“Karena itulah kemudian yang terjadi adalah wajar kalau kemudian dipasang presidensial trheshold untuk menghalangi kandidat yang potensial,” katanya.
Refly Harun pun menilai nasib SBY untuk maju sebagai calon presiden (Capres) waktu itu terbilang beruntung.
Apalagi, Demokrat sebagai partai pengusungnya belum jelas apakah akan menjadi partai yang diminati atau tidak oleh para pemilih.
“Mungkin, juga pada waktu itu partai-partai berpikir ah sebagai partai baru Demokrat mungkin nggak akan bisa mencapai 3% sekalipun,” ungkap Refly.
Namun keberuntungan memang sedang berpihak pada Demokrat dan SBY. Rupanya pencalonan SBY mencapai 7 persen.
“Ternyata dia bisa mencapai tujuh persen, dengan 7 persen itulah SBY menjadikannya political vehicle untuk maju sebagai calon presiden menggandeng Jusuf Kalla (JK) yang pada waktu itu sedang tidak jelas dari partai mana,” bebernya.
1 Komentar