Tafsir Al-Quran Surat Al-Ahqaf 15-16: Syukur dan Sabar Pakaian Utama Kaum Muslimin

Tafsir Al-Quran Surat Al-Ahqaf 15-16
Prof. Dr. KH Didin Hafidhuddin, Anggota Dewan Penasihat Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, PP IPHI.

Ta’lim Bakda Subuh
Ahad, 18 Desember 2022

Oleh: Prof. Dr. KH Didin Hafidhuddin, Anggota Dewan Penasihat Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, PP IPHI.

Bacaan Lainnya
banner 400x400

Disarikan oleh Prof. Dr. Bustanul Arifin

Hajinews.id – Alhamdulillahi rabbil a’lamin. Kita dapat berjumpa lagi, baik online, maupun offline di Masjid Al-Hijri 2 Kampus Universitas Ibnu Khaldun-Bogor, dalam rangka meneruskan kajian tafsir Al-Quran pada pagi ini Hari Ahad tanggal 24 Jumadil Awal 1444 H bertepatan dengan tanggal 18 Desember 2022, untuk mendalami ayat-ayat Allah. Insya Allah kita meneruskan Surat Al-Ahqaf 15-16. Mari kita membaca Ummul Kitab Surat Al-Fatihah bersama-sama, dilanjutkan dengan Surat Al-Ahqaf ayat 15-16 tersebut. “Dan Kami perintahkan kepada manusia agar berbuat baik kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Masa mengandung sampai menyapihnya selama tiga puluh bulan, sehingga apabila dia (anak itu) telah dewasa dan umurnya mencapai empat puluh tahun dia berdoa, “Ya Tuhanku, berilah aku petunjuk agar aku dapat mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau limpahkan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku dan agar aku dapat berbuat kebajikan yang Engkau ridhai; dan berilah aku kebaikan yang akan mengalir sampai kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertobat kepada Engkau dan sungguh, aku termasuk orang muslim.” Mereka itulah orang-orang yang Kami terima amal baiknya yang telah mereka kerjakan dan (orang-orang) yang Kami maafkan kesalahan-kesalahannya, (mereka akan menjadi) penghuni-penghuni surga. Itu janji yang benar yang telah dijanjikan kepada mereka”.

Ayat-ayat ini menjelaskan tentang hakikat syukur dan sabar. Dua sifat utama sabar dan syukur yang dimiliki atau melekat pada kita umat islam. Rasulullah SAW bahkan sangat bangga dengan kita umat islam, karena pandai bersabar dan bersyukur, yang ditunjukkan dalam suatu Hadist Shahih. Jika seorang muslim ditimpa kesulitan atau musibah, maka dia dan hatinya ikhlas menerimanya. Kemudian dia bersabar atas musibah yang menimpa. Jika seorang musliom menerima sesuatu yang baik atau nikmat kebahagiaan, dia memuji dan bersyukur kepada Allah SWT. Kita perlu percaya bahwa setiap muslim akan mendapatkan pahala dari apa pun yang dikerjakannya, hingga memasukkan sebutir nasi ke dalam mulutnya.

Beberapa pengertian dan penjelasan tentang syukur adalah sebagai berikut. Pertama, Setiap apa pun yang diterimanya, semua bersumber dari Allah SWT. Seorang muslim tidak sepantasnya menganggap bahwa semua yang diperoleh itu hanya hasil pekerjaannya sendiri, tapi semuanya berkat rahmat dan pertolongan Allah SWT. Jika seorang muslim merasa bahwa harta kekayaann, ilmu pengetahuan, kedudukan dll merupakan hasil kerja diri sendiri, maka dia sangat mudah tergelincir mendai sombong dan takabbur. Kisah bagaimana kesombongan Qarun, pada zaman Dinasti Firaun di Mesir Kuno atau pada zaman Nabi Musa AS. Qarun menjadi sangat kaya raya dan merasa bahwa semua yang diperoleh adalah hasil usaha dan kemampuan otaknya sendiri. Kita ummat islam mengetahui hakikat dari kehidupan di dunia yang sementara, karena semuanya kekal akan dipertanggungjawabkanm di akhirat. Empat hal akan dimintai pertanggungjawabkan kelak di hadapan Allah SWT, yaitu:

  1. Umurnya, bagaimana umur itu dimanfaatkan dan dipergunakan untuk beramal baik. Waktu muda dia taat, waktu tua dia taat, dan lain-lain. Orang yang panjang umur dan baik amalnya jauh lebih baik baik dibandingkan orang yang pendek umur dan buruk amalnya.,
  2. Hartanya, bagaimana dia mendapatkan hara itu dan bagaimana dia memanfaatkannya,
  3. Ilmu Pengetahuan, bagaimana perjalanan menuntut ilmu dan bagaimana dia memanfaatkan ilmu pengetahuannya untuk kemaslahatan ummat.

Kedua, syukur itu juga meliputi bagaimana kita menghargai orang tua. Pada ayat di atas juga dijelaskan bagaimana seorang ibu hamil, melahirkan, merawat, meyusui, hingga menyapihnya dua tahun kemudian. Benar, bahwa wasilah itu berasal dari rahmat Allah SWT, tapi melalui peantara kedua orang tua. Ridha Allah SWT berdasarkan ridha kedua orang tua. Kemurkaan Allah SWT berdasarkan kemurkaan orang tua. Perhatikan Surat Al-Isra ayat 23. “Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik”. Kita perlu lebih bijak dalam menghadapi orang tua kita, apalagi jika mereka telah uzur, atau mencapai lansia. Jika kedua orang tua masih ada, sebenarnya hal itu akan menjadi kunci surga, jika kita mampu memanfaatkannya. Berkata kasar “ah” saja tidak boleh, apalagi membentaknya. Kita diwajibkan berbuat kepada orang tua;

Pos terkait

Tinggalkan Balasan