Novel Muhammad Najib, “Bersujud Diatas Bara” (Seri-12): Kuliah Politik

Kuliah Politik
Muhammad Najib, Dubes RI untuk Kerajaan Spanyol dan UNWTO
banner 400x400

“Luar biasa kharisma orang tua ini”, pikir Mujahid menyanjungnya dalam hati. Mujahid menoleh ke Kiri dan ke Kanan dengan pelan melihat reaksi jamaah yang hadir. Ia melihat orang-orang Cina dan Afrika yang bergerombol juga mendengarkan kuliah lewat penerjemahnya masing-masing. Orangorang berwajah Timur Tengah dan Pakistan kelihatannya mendengarkan kuliah secara langsung tanpa penerjemah. Mereka duduk santai dan tidak bergerombol.

“Saudara-saudarku seiman, setelah menguasai Turkmenistan, Uzbekistan, dan Tajikistan di Utara, kini Tentara Merah Uni Soviet menyerbu Afghanistan. Sebelum Uni Soviet menduduki negara-negara di Asia Tengah itu, syiar Islam bercahaya terang disana, tapi kini berubah menjadi gelap gulita. Masjid-masjid diubah menjadi museum. Sekolah-sekolah agama menjadi sekolah umum. Orang dilarang shalat di tempat terbuka. Kalau Kabul sampai jatuh ke tangan mereka, maka bukan mustahil, Islamabad dan Teheran akan menjadi sasaran berikutnya”.

Bacaan Lainnya
banner 400x400

“Kedatangan mereka ke sini bukan saja ingin menghisap kekayaan yang kita miliki, tapi lebih dari itu, mereka juga ingin memadamkan Nur Ilahi di negara-negara Muslim. Sebetulnya jika kita sadar, umat Islam memiliki kekuatan yang luar biasa. Kalau mereka datang ke sini untuk mencari hidup, maka kita datang ke sini untuk mencari mati dengan menjadi syuhada. Bagi kita lebih baik hidup mulia atau mati syahid, daripada dijajah oleh kaum kafir”.

“Saudara-saudara seiman, mari kita gunakan kesempatan ini, selain untuk membantu saudara-saudara kita di Afghanistan, kita manfaatkan momentum ini untuk mulai mengkonsolidasi kekuatan Umat Islam yang tercerai-berai dari Maroko sampai Indonesia. Kalau Uni Soviet bisa membentuk tentara Komunis di bawah payung Pakta Warsawa, Amerika membentuk tentara kapitalis di bawah payung NATO, maka kini saatnya kita merintis terbentuknya tentara Islam. Al Islamu ya’lu wa la yu’la alaih. Islam itu lebih tinggi dari Kapitalisme, Komunisme atau isme-isme yang lainnya. Lihatlah mereka yang hadir di sini berasal dari berbagai negara, berbagai bahasa, berbagai etnis untuk satu tujuan yakni tegaknya Islam. Allah berjanji barang siapa menolong agama Allah, maka Allah akan menolongnya di dunia ini maupun di akhirat kelak”.

Orang tua itu kemudian meneriakkan takbir tiga kali kemudian membaca doa penutup dan mengakhirinya dengan salam. Orang-orang berdiri mendekatinya. Mereka antre menyalami dan menciumi tangannya. Sebagian juga menciumi pipinya. Mujahid terus meperhatikan tingkahlaku orang-orang itu dengan wajah takjub.

“Bagaimana?”, tanya Zunaidi.

“Luar biasa!”, jawab Mujahid dan kawan-kawannya.

“Di Ma’had ini, Antum semua akan sering mendengar ceramah dari tokoh-tokoh yang berasal dari berbagai negara seperti ini”.

“Dari mana saja biasanya mereka?”.

“Yang sering itu dari Afghanistan sendiri. Mereka biasanya menceritakan pengalamannya di lapangan dalam perang melawan musuh. Selain dari Afghan, juga dari Pakistan, Palestina, Yordania, Suriah, juga Chechnya”.

“Antum beruntung bisa bertemu orang-orang penting dan pinter di sini”, ujar Mujahid pada Zunaidi.

“Alhamdulillah! Saya pernah bertemu tokohtokoh pejuang terkenal seperti Gulbuddin Hikmatyar, Burhanuddin Rabbani, Ahmad Syah Mas’ud, serta Osama bin Laden”.

(Bersambung….)