Setelah berkeliling kota dan tidak menemukan satu pun penjual telur unta, Baginda Raja bertemu seorang nenek yang menjelaskan jika unta tidak bertelur tapi beranak. Raja lantas sadar jika ia baru dibohongi oleh Abu Nawas.
Sampai di istana, Baginda Raja merasa kelelahan setelah perjuangan panjang mencari telur unta dengan berjalan. Ia akhirnya tertidur pulas karena capek yang diderita.
Esok harinya Baginda Raja tampak segar bugar dan anehnya sakit yang diderita hilang. Ia lalu menyuruh para pengawal untuk meminta Abu Nawas menghadapnya. Tidak lama kemudian Abu Nawas datang.
“Bagaimana Baginda Raja, apakah telah menemukan telur unta yang hamba anjurkan?” tanya Abu Nawas setelah memberikan salam kedatangan.
“Rupanya engkau telah mempermainkanku, ya?” ucap Baginda Raja dengan marah.
“Apa yang Baginda maksud?” ujar Abu Nawas.
“Engkau menyuruhku mencari telur unta, padahal unta tidak bertelur, tapi beranak,” terang Baginda Raja.
Abu Nawas kemudian menceritakan pertemuannya dengan seorang kakek sampai memperoleh hikmah jika anggota badan yang tidak pernah digerakkan akan membuat orang sakit.
Pengalaman itulah yang ingin diterapkan Abu Nawas kepada Baginda Raja supaya tidak hanya memerintah tetapi juga bergerak.
“Tentu saja Baginda tidak akan menemukan telur unta, sebab tidak akan mungkin ada unta yang bertelur. Tapi bukankan Baginda sekarang sudah merasa lebih enakan?” tanya Abu Nawas setelah memberikan penjelasan.
“Benar! Apa yang kau katakan itu benar Abu Nawas,” jawab Baginda Raja yang tidak lagi marah mendengar jawaban Abu Nawas.
“Bahkan, aku semalaman dapat tidur dengan pulas sekali,” lanjutnya.
“Kalau begitu, betul jika ada pepatah yang mengatakan, ‘Tidak ada kelezatan kecuali setelah kepayahan’,” sahut Abu Nawas.
Mendengar hal itu, Baginda Raja pun tertawa dan geleng-geleng kepala atas kecerdikan Abu Nawas.
Wallahu a’lam bisshawab.