Kisah Abu Nawas: Saat Jawab Pertanyaan Raja Tentang Allah Sedang Apa?

Pertanyaan Raja Tentang Allah Sedang Apa?
Pertanyaan Raja Tentang Allah Sedang Apa?. Foto: unsplash
banner 400x400

Hajinews.id – Dalam ayat al-Qur’an surah Az-Zariyat ayat 56 Allah Swt telah menyatakan bahwa, “Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku”. Dari ayat ini dapat diartikan bahwa setiap kegiatan manusia apapun bentuknya harus bernilai ibadah. Agar apa yang kita kerjakan menjadi berkah bagi kehidupan kita. Tetapi hidup pada dasarnya tidak berjalan mulus-mulus saja, ada berbagai rintangan dan tantangan yang harus dihadapi. Dalam setiap tantangan yang dihadapi tak jarang dari kita mengalami kesulitan-kesulitan yang membuat kita merasa jenuh menghadapinya.

Kita sebagai manusia berharap hidup sesuai dengan apa yang kita inginkan selayaknya hidup penuh dengan kebahagian. Tetapi keinginan hidup yang penuh kebahagiaan tidak tercapai kita merasa kesal dan cenderung jatuh pada sikap mengeluh. Padahal ayat di atas telah menjelaskan bahwa apapun kegiatan manusia di dunia haruslah bernilai ibadah, termasuk dalam menghadapi kesulitan hidup dengan kesabaran. Sebagai manusia kita sering terjebak pada sikap egois yang tinggi, sehingga terkadang tidak pernah mampu memahami maksud dari setiap kesulitan yang terjadi.

Bacaan Lainnya
banner 400x400

Bahkan apa yang kita lihat sebagai kebahagiaan hidup sejatinya juga merupakan kegiatan yang bernilai ibadah, yakni bagaimana kita bisa bersyukur atas apa yang telah dicapai. Tetapi sebagian kita terkadang lupa untuk bersyukur. Kebahagiaan dan kesulitan sejatinya merupakan bumbu-bumbu kehidupan. Orang lain biasa menyebutnya dengan roda kehidupan. Hidup manusia memang selalu seperti roda yang berputar. Naik-turun, berjaya dan terpuruk, bahagia dan bersedih.

Hari ini mungkin ada yang hidup dengan tinggi menjulang, sukses secara karier, dan berlimpah materi. Tetapi bisa saja di waktu yang lain Allah Swt membalikkan keadaannya, hari ini bisa saja seorang manusia mendadak tidak lagi punya kuasa, terjelembab pada hidup yang kelam, dan lain sebagainya. Sebagaimana dalam percakapan antara Abu Nawas dengan Raja Harun al-Rasyid:

Suatu hari, banyak tamu yang berkumpul di istana raja Harun al-Rasyid. Ternyata tamu tersebut adalah para ulama, mereka bercengkrama dan membicarakan masalah agama hingga urusan negara. Dan di sela-sela waktu santainya, para ulama tersebut mendadak menerima pertanyaan dari sang raja. Adapun pertanyaan itu adalah “adakah diantara kalian yang tahu kira-kira Allah sedang apa sekarang?”. Mendadak para ulama tersebut, melontarkan balik pertanyaan bahwa, “apakah sang baginda tidak mempercayai keberadaan Allah?”.

Tetapi raja Harun al-Rasyid telah menegaskan bahwa dirinya sangat percaya dengan keberadaan Allah Swt. Namun sang raja tetap mempertanyakan “kira-kira Allah sedang apa sekarang?”. Para ulama pun saling memandang satu sama lain, mereka tidak tahu harus menjawab apa. Namun, ada satu ulama yang mempertanyakan pertanyaan sang raja bahwa, “tidak selayaknya sang raja mempertanyakan itu, jangan samakan dzat Allah dengan manusia”. Raja pun menjawab bahwa, “saya tidak sedang menyamakan dzat Allah dengan manusia”. Raja masih tetap penasaran, “kira-kira Allah sedang apa sekarang?”.

Sejenak suasana menjadi lengang, dan beberapa saat sang raja teringat dengan sosok Abu Nawas. Tak lama Abu Nawas kemudian dipanggil ke istana dengan menyuruh para pengawal segera menjemputnya. Saat tiba di istana, terlihat beberapa ulama sedang berkumpul. Baginda raja tampak duduk berwibawa di singgasananya. Setelah itu Abu Nawas dipanggil oleh raja, Abu Nawas kemudian menuju ke hadapan sang raja setelah menyapa para ulama. Belum sempat Abu Nawas duduk sempurna, tanpa basa-basi sang raja langsung bertanya “wahai Abu Nawas, saya ingin menguji kecerdasanmu apakah kamu bisa menjawabnya atau tidak?. Para ulama disini tidak ada yang bisa menjawab pertanyaan saya”.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *