Jangan Berhenti Menanam Kebajikan

Jangan Berhenti Menanam Kebajikan
Hasanuddin (Ketua Umum PBHMI 2003-2005), Redaktur Pelaksana Hajinews.id

Oleh Hasanuddin (Ketua Umum PBHMI 2003-2005), Redaktur Pelaksana Hajinews.id

Hajinews.id – Seringkali dalam kehidupan kita di dera oleh berbagai tuntutan yang seolah begitu sulit untuk diatasi, sehingga terkadang menyebabkan sebagian orang berputus asa karenanya.

Bacaan Lainnya
banner 400x400

Allah SWT memperingatkan dalam firman-Nya; “Janganlah kalian berputus asa dari (mengharapkan) Rahmat Allah, karena sesungguhnya tidaklah berputus asa dari Rahmat Allah melainkan orang-orang kafir (QS. Yusuf ayat 87)

Sejalan dengan firman Allah diatas, Nabi Muhammad SAW bersabda; “Bila tiba hari kiamat, tapi di tanganmu masih tersisa benih kurma yang belum kamu tanam, maka tetaplah menanamnya, karena engkau akan tetap memperoleh ganjarannya”.

Jika hadits diatas kita kontekstualisasi, maka tentu benih apa saja yang bermanfaat hendaknya terus kita tanam. Dalam pada itu, ingatlah pula sabda Nabi Saw, bahwa setiap pekerjaan, ditentukan oleh niat di dalam melaksanakan pekerjaan itu. Dan sebaik-baik niat adalah dalam rangka menggapai mardhatillah atau Ridha Allah SWT. Sebab itu, bersihkanlah niat, dengan tidak mengharapkan imbalan selain dari Allah SWT.

Sebagaimana firman Allah diatas, maka lakukanlah setiap pekerjaan, dengan senantiasa berharap untuk memperoleh Rahmat Allah. Tanamlah benih kebaikan itu dimanapun, kapanpun disertai harapan bahwa benih tersebut akan membuahkan Ridha dari Allah SWT. Jangan berputus asa, agar tidak termasuk dalam golongan orang-orang kafir.

Tanda dari kedekatan seorang hamba dengan Rabb-Nya adalah diberinya seorang hamba hati yang suci atau bersih. Yang dimaksud hati yang suci adalah, hati yang didalamnya tidak ada lagi selain Allah SWT. Keinginan akan dunia telah dikeluarkan dari hatinya, demikian pula keinginan akan akhirat. Karena dunia maupun akhirat itu tiada lain adalah makhluk Allah juga. Maka hati yang suci itu adalah hati yang tidak lagi bergantung kepada makhluk, melainkan hanya bergantung kepada Allah. Hati yang demikian, berarti telah mencapai apa yang dimaksud dalam firman-Nya “Allahusshamad” (Allah tempat bergantung) (QS. Al-Ikhlas ayat 2). Sebagaimana nama surah ini, maka hati yang demikian itu telah menerima nikmat Ikhlas dari Allah SWT. Nikmat Ikhlas inilah ruh dari semua amal perbuatan yang baik. Amal perbuatan tanpa disertai ruh ikhlas ini tertolak disisi Allah SWT. Bahkan dalam keadaan tertentu tiadanya keikhlasan dalam melakukan suatu perbuatan, dapat menjatuhkan seseorang kepada kemusyrikan.

Sebaliknya, dengan nikmat ikhlas ini, seseorang akan terbang ketempat yang tinggi (al-a’la) disisi Allah SWT.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *