Humor Gus Dur: Kenapa Sakit Gigi Saja Berobat ke Singapura?

Kenapa Sakit Gigi Saja Berobat ke Singapura?
GUs Dur

Santri pertama, ditanya identitas nama oleh sang kiai. “Nama saya Anas, kiai,” terang sang santri. Setelah menyebutkan nama, santri itu lantas diminta untuk membacakan surat Annas yang terdapat dalam Al-Quran.

“Saya Al-Kautsar, kiai,” santri kedua menjawab pertanyaan yang sama. Lalu ia diminta pula untuk membaca surat Al-Kautsar. Dengan mudahnya, ia dan Anas membacakan surat yang sama dengan namanya sendiri.

Bacaan Lainnya
banner 400x400

Santri ketiga juga ditanya oleh kiai. Ia menjawab, “Nama saya Ali Imron kiai, tapi saya biasa dipanggil Qulhu.”

Menurut Zastrouw, dengan bercerita seperti itu, Gus Dur seperti ingin menjelaskan suatu makna tentang seorang kiai yang dalam memberikan pengajaran dengan cara-cara dialogis dan tidak berjarak.

Lalu fungsi ketiga, humor bisa mencairkan ketegangan dan mengubah suasana yang semula kaku atau beku menjadi lebih segar.

Hal demikian bisa memancing tumbuhnya kreativitas. Bahkan dalam beberapa penelitian sosiologi, humor dapat meningkatkan imunitas dan ketegangan pun bisa hilang.

“Bahkan bisa meningkatkan fungsi saraf yang terganggu. Itu (humor untuk mencairkan ketegangan) sudah dilakukan oleh Gus Dur,” ungkap pakar Sosiologi Universitas Indonesia ini.

Keempat, fungsi humor adalah dapat menghilangkan jarak antara cendekiawan dengan masyarakat sehingga hubungan keduanya menjadi lebih dekat dan akrab.

Sebagaimana diketahui oleh banyak orang, Gus Dur pun selalu bertindak tanpa sekat dengan siapa pun dari kelas sosial apa saja.

“Beliau biasa bercanda menyampaikan gagasan dengan humor. Menjadikan suasana sehingga menjadi lebih akrab,” tambahnya.

Fungsi humor kelima adalah sebagai sarana menyampaikan kritik yang efektif, sekaligus mendobrak kejumudan berpikir sehingga kritik lebih mudah diterima.

Menurut dia, Gus Dur memahami betul budaya orang Indonesia, yakni guyon maton (candaan yang tidak membuat orang lain marah).

Dia menerangkan, di zaman orde baru dulu, kepengapan situasi sosial-politik berhasil didobrak Gus Dur melalui kritik yang sangat tajam.

Namun objek yang dikritik, yaitu Presiden Soeharto tidak pernah merasa sakit hati.

Suatu ketika Gus Dur pernah cerita bahwa orang Indonesia apabila sakit gigi, harus berobat ke Singapura.

Lalu seorang dokter di Singapura bertanya kepada orang Indonesia yang menjadi pasien itu.

“Kenapa kok berobat sakit gigi saja harus ke Singapura, memang di Indonesia tidak ada dokter gigi?,” tanya sang dokter.

Pasien pun menjawan pertanyaan itu dengan singkat.

“Ada kok dokter gigi di Indonesia. Tapi kalau berobat di Indonesia karena sakit gigi kan susah, karena di sana susah buka mulut,” jawabnya.

Menurut Zastrouw, kisah yang disampaikan oleh Gus Dur itu adalah sebuah bentuk kritik yang tajam dan luar biasa untuk mendeskripsikan betapa kuatnya hegemoni pada saat itu (zaman orde baru).

“Sampai orang mau buka mulut (bicara) saja susah,” pungkasnya.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *