Nasehat Kepemimpinan dari sang Perdana Menteri

Nasehat Kepemimpinan dari sang Perdana Menteri
Anwar Ibrahim

Satu catatan penting yang saya simpulkan dari paparan beliau adalah bahwa seringkali demokrasi hanya disikapi pada prosesnya. Banyak orang merasa berdemokrasi karena proses pemilu yang telah selesai dilaksanakan (pilihan raya misalnya). Tapi banyak yang lupa bahwa kesuksesan demokrasi tidak sekedar pada prosesnya.

Demokrasi harus juga dilihat pada etika dari pelaksanaannya. Jika proses itu penuh dengan rekayasa dan ketidak jujuran maka demokrasi itu adalah demokrasi yang cacat. Demokrasi yang tidak perlu dibanggakan.

Bacaan Lainnya
banner 400x400

Tapi tidak kalah pentingnya adalah kesadaran bahwa demokrasi itu hanya akan valid dan bermakna ketika terbangun sebuah tanggung jawab (responsibility). Tanggung jawab ini tidak saja kepada rakyat. Tapi juga kepada Allah SWT di akhirat kelak.

Kedua, Urgensi ilmu dalam kepemimpinan

Beliau menekankan bahwa ilmu menjadi sangat penting dalam membangun kepemimpinan yang baik. Beliau memaparkan secara panjang urgensi ilmu bahkan dalam kehidupan keumatan dan berbangsa. Ilmu menjadi pilar kebangkitan bangsa dan Umat.

Tapi ada dua hal penting dari aspek keilmuan ini yang beliau garis bawahi:

Satu, selain soliditas dalam ilmu-ilmu keagamaan secara tekstual dan tradisional, Umat ini perlu membangun “critical mind” (berpikiran kritis). Menurut beliau, salah satu hal yang mengantar kepada prilaku ekstrim adalah kurangnya critical mind dalam menerima informasi-informasi keilmuan.

Dua, bahwa ilmu dan spesialisasi (keahlian) tidak akan bernilai (valuable) jika tidak dibarengi oleh nilai-nilai insaniyah (humanity). Jangan sampai kemajuan ilmu menjadikan manusia kehilangan nurani dan kemanusiaannya.

Ketiga, Urgensi aktualisasi keadilan sosial.

Latar belakang Anwar Ibrahim sebagai aktifis menjadikan beliau sebagai “social justice icon”. Dari awal hingga akhir pemaparan beliau isu social justice seolah menjadi poin terpenting dari pemaparan itu.

Yang menarik adalah ketika menyebutkan makna “ukhuwah” dalam konteks kebangsaan. Beliau menekankan bahwa secara agama Umat Islam itu bersaudara “sesungguhnya orang-orang beriman itu bersaudara”. Tapi di luar ikatan keagamaan itu juga ada persaudaraan “ukhuwah insaniyah” (Saudara semanusia).

Selain itu beliau menekankan bahwa beliau bukan anti modal (kapital). Tapi kapitalisme bukan solusi. Justeru perlu “middle path” (jalan tengah) dalam menyelesaikan perekonomian dunia. Kemajuan perekonomian tidak bisa dipisahkan dari konsep “social justice” (keadilan sosial). Beliau mencontohkan betapa banyak rakyat kecil Makaysia yang masih susah. Bahkan lebih susah dan menderita dari apa yang beliau rasakan ketika berada di dalam penjara.

Mungkin hal lain cukup menusuk dari penyampaian Anwar Ibrahim adalah ketika menyentuh isu korupsi. Menurutnya, korupsi tidak mudah diberantas karena Sudah bersifat “sistemik”. Korupsi menjadi prilaku yang seolah telah menjadi bagian dari sistem yang ada. Upaya memberantasnya sangat tidak mudah. Karena memang kerap berhadapan dengan kekuasaan.

Seraya bercanda beliau mengatakan: “itulah sebenarnya yang telah terjadi pada dirinya”.

Demikian catatan-catatan penting dari pemaparan dahsyat dan bermutu dari Seri Dato’ Dr. Anwar Ibrahim. Semoga jadi pelajaran yang baik untuk bangsa Indonesia. Khususnya mereka yang sedang mendapat cobaan amanah kekuasaan dari Allah SWT. Amin!

Manhattan City, 9 Januari 2023

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *