Duh! OJK Ingatkan ‘Efek Mengerikan’ Perbankan, Big Four Berguguran

Hajinews.id — Saham empat bank raksasa (big four) terpantau kembali berjatuhan pada perdagangan sesi I Rabu (11/1/2023) dan kembali memperberat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

Hingga pukul 10:00 WIB, bank big four terpantau terkoreksi hingga 2% lebih.

Bacaan Lainnya
banner 400x400

Berikut pergerakan bank big four pada perdagangan sesi I hari ini.

Saham PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) kali ini memimpin koreksi yakni ambruk 2,87% ke posisi Rp 8.475/unit. Sedangkan saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) berada diurutan kedua, yakni anjlok 2,43% menjadi Rp 9.050/unit.

Sementara untuk saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) ambles 1,53% menjadi Rp 8.050/unit dan saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) merosot 0,9% menjadi Rp 4.390/unit.

Bahkan, keempat saham bank big four tersebut juga kembali memperberat IHSG pada hari ini. Saham BMRI kembali menjadi pemberat paling besar yakni mencapai 9,53 indeks poin. Sedangkan saham BBCA, BBNI, dan BBRI memperberat indeks masing-masing 8,97 indeks poin, 5,22 indeks poin, dan 4,966 indeks poin.

Saham bank big four kembali merana seiring dengan sikap bank sentral utama yang masih hawkish. Bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (The Fed) telah menyatakan komitmennya untuk memerangi inflasi dan mengharapkan suku bunga yang lebih tinggi tetap berlaku sampai lebih banyak kemajuan dibuat dan bukti kuat telah terekam dalam data ekonomi.

Dari dalam negeri, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mewanti-wanti sektor bank akan tantangan yang bakal terjadi, scarring effect.

“Beberapa risiko yang perlu diwaspadai perbankan antara lain scarring effect pandemi Covid-19, kenaikan yield surat berharga, potensi depresiasi Rupiah dan penurunan likuiditas,” kata Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae dalam keterangan tertulis, Rabu (11/1).

Sebelumnya, Ketua The Fed, Jerome Powell mengatakan dalam pidatonya kemarin bahwa bank sentral berkomitmen kuat untuk menurunkan inflasi, meskipun berpotensi memangkas pertumbuhan ekonomi dan memicu tekanan dari politisi.

“Stabilitas harga adalah bantalan utama bagi ekonomi yang sehat dan memungkinkan masyarakat mendapatkan keuntungan yang tak terhitung dari waktu ke waktu,” tutur Powell, dalam pidatonya di Riskbank Conference Selasa kemarin dikutip dari CNBC International.

Powell menambahkan komitmen The Fed untuk memerangi inflasi bisa berdampak buruk ke pertumbuhan ekonomi AS.

“Memulihkan stabilitas harga saat inflasi tinggi membutuhkan upaya yang mungkin tidak populer dalam waktu dekat karena bisa memperlambat ekonomi,” imbuhnya.

Tak hanya Powell saja, beberapa pejabat The Fed pun mengharapkan yang sama. Mary Daly, Presiden The Fed San Francisco dan Raphael Bostic, Presiden The Fed Atlanta, dalam komentar pada Senin lalu menyoroti bahwa suku bunga perlu naik di atas 5% dan tetap di sana untuk beberapa waktu. Suku bunga acuan The Fed saat ini berkisar antara 4,25% dan 4,5%.

Berdasarkan perangkat FedWatch milik CME Group, pasar kini melihat The Fed akan menaikkan suku bunga masing-masing 25 basis poin pada Februari dan Maret, sehingga puncaknya menjadi 4,75% – 5%.

Probabilitas kenaikan 25 basis poin pada Februari sebesar 75% dan pada Maret 65,9%.

Dengan data ekonomi AS yang sudah mulai menunjukkan tanda-tanda pelambatan, pelaku pasar melihat peluang The Fed bisa menurunkan suku bunga lebih cepat.

Perangkat FedWatch menunjukkan suku bunga bisa dipangkas di akhir 2023.

Hal ini tentunya berbeda dengan proyeksi The Fed yang diberikan Desember lalu. Bank sentral paling powerful di dunia ini sebelumnya mengindikasikan akan menaikkan suku bunga dua kali lagi, 50 basis poin pada Februari dan 25 basis poin sebulan berselang hingga menjadi 5% – 5,25%.

The Fed sebelumnya juga menyatakan suku bunga tidak akan diturunkan hingga 2024.

Selain itu, pelemahan ini juga ikut diperparah oleh investor asing yang tercatat rajin melepas saham big cap RI, termasuk big four. Sejak awal tahun ini, investor asing membukukan aksi jual bersih Rp 2,34 triliun di seluruh pasar. Adapun saham BBCA dan BBRI menjadi dua saham yang paling banyak dilego asing.

Mengutip data Refinitv, karena kinerja buruk sejak awal tahun, secara kumulatif total kapitalisasi pasar big four tercatat berkurang hingga Rp 161,55 triliun, dengan BBRI mengalami penurunan kapitalisasi terbesar senilai Rp 76,52 triliun.

Sumber: cnbcindonesia

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *