Novel Muhammad Najib, “Bersujud Diatas Bara” (Seri-22): Perjuangan Belum Selesai

Perjuangan Belum Selesai
Muhammad Najib, Dubes RI untuk Kerajaan Spanyol dan UNWTO
banner 400x400

“Ini kelompok Kristen Fundamentalis. Bagi mereka Perang Salib belum selesai. Kini mereka mengendalikan politik di negeri Paman Sam, sementara bisnis dan media di negeri itu dikuasai kelompok Yahudi. Ada sejumlah bukti yang menunjukkan bahwa mereka sedang berkoalisi untuk kepentingan yang sama yaitu menghancurkan Islam”, jelas Imam dengan mata berbinar dan tangan gemetar geram.

“Sejauh mana Mereka sudah bergerak?”, tanya Mujahid lagi.

Bacaan Lainnya
banner 400x400

“Apakah Antum tidak tahu bahwa slogan: “Perang Melawan Terorisme” hanyalah topeng untuk menutupi maksud sebenarnya yakni: “Perang Melawan Islam”? Hampir semua negara-negara dengan mayoritas penduduk Islam sudah diletakkan sebagai sasaran. Hanya prioritas dan cara menaklukkannya saja yang berbedabeda. Setelah Afghanistan hancur, sasaran berikutnya Irak. Nanti kalau Irak sudah takluk, maka sasaran beriku bisa Suriah, Iran, Libia, Yaman atau Sudan. Tanda-tanda ke arah sudah tampak jelas”.

“Bagaimana dengan Indonesia? Apakah juga akan menjadi sasaran?”. Imam menarik napas panjang sambil tersenyum dingin.

“Antum harus sadar Indonesia adalah negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia. Mereka sangat khawatir dengan setiap perkembangan politik yang terjadi di negeri ini. Apalagi saat ini Kita mempraktikkan demokrasi dalam arti yang sebenarnya. Mereka tidak mau kalau kelompok Islam tampil memegang kendali di negeri ini, karena itu, mereka akan campur tangan dalam berbagai urusan dengan menggunakan segala cara”.

Mujahid tertegun mendengar semua penjelasan Imam. Ia merasa tertinggal jauh dari juniornya itu. Pikirannya terus menerawang. Semangat jihadnya yang lama beku sedikit demi sedikit mulai mencair. Perasaan menyesal, kecewa bercampur dengan marah bergelora dalam benaknya.

“Kita harus melawan!”, tegas Imam memecah lamunannya.

“Kita harus bisa mengambil pelajaran dari Afghanistan”, serunya dengan nada pelan tapi tegas.

Tanpa memberikan kesempatan Mujahid berbicara, Ia terus melanjutkan.

“Tadinya mereka berharap bisa bekerja sama dengan Pemerintahan Mujahidin. Ternyata mereka gagal. Lalu melalui Pemerintah Pakistan dan Saudi Arabia, Amerika membesarkan Taliban. Setelah itu, mereka mendorong dan mendukung Taliban untuk mengambil kekuasaan. Ternyata setelah berkuasa, Taliban lebih sulit lagi dikendalikan. Karena itu kemudian Taliban juga dihancurkan”.

Tanpa mereka sadari matahari telah meninggi. Hari-hari berikutnya Mujahid sering datang ke Losmen itu, untuk berdiskusi atau berkonsultasi mengenai masalah-masalah mutakhir yang tidak Ia pahami. Sementara Imam yang membawa komputer jinjing terus berkomunikasi lewat internet dengan kawan-kawannya di berbagai tempat.

(Bersambung…..)