“Pindah? Pindah bagaimana maksudmu?” tanya si pencuri kebingungan.
“Coba lihat semua barang di rumah ini, semuanya adalah milikku, jadi rumah ini adalah milikku,” jelas Abu Nawas.
“Kalau kau mengusirku, aku akan berteriak bahwa kamu telah mencuri barang-barangku, dan aku akan memukulimu,” ancam Abu Nawas.
Dikarenakan tidak ingin memperpanjang masalah, si pencuri membiarkan Abu Nawas menetap di rumahnya. Selama seminggu menetap di sana, Abu Nawas selalu menghabiskan roti yang sedianya akan dimakan si pencuri.
Belum lagi susu dan madu yang disimpan di dalam lemari dengan lahapnya Abu Nawas habiskan semua. Selama itu pula setiap hari si pencuri terpaksa tidur dengan menahan rasa lapar.
“Kalau begini, bukan aku yang merampok, tapi dia yang merampok semua makananku,” pikir si pencuri merasa kesal.
Esok harinya si pencuri menghampiri Abu Nawas. “Tuan, bagaimana caranya supaya tuan kembali ke rumah tuan?” tanya si pencuri.
“Sudah dibilangin aku sudah pindah di sini. Sekarang ini adalah rumahku. Buktinya barang-barangku ada di sini semua,” tegas Abu Nawas.
“Jadi kalau aku kembalikan semua barang-barang ini ke rumah tuan, tuan juga akan kembali?” tanya si pencuri.
“Tentu saja. Kalau di sini sudah tidak ada barang-barangku, jadi ini bukan rumahku lagi,” balas Abu Nawas.
Akhirnya dengan susah payah si pencuri mengembalikan semua barang-barang Abu Nawas ke rumahnya. Sejak saat itu Abu Nawas tidak lagi berada di rumah si pencuri.
Si pencuri pun tobat dan kini menjadi lebih tenang. Ia tidak ingin lagi berurusan dengan Abu Nawas.
Wallahu a’lam bisshawab.