“Bersujud Diatas Bara” (Seri-34): Dipaksa Keadaan

“Bersujud Diatas Bara” (Seri-34): Dipaksa Keadaan
Muhammad Najib, Dubes Indonesia untuk Kerajaan Spanyol dan UNWTO
banner 400x400

“Nur, Kamu harus sadar, tidak ada yang bisa menolongmu dan keluargamu, kecuali dirimu sendiri. Kamu satu-satunya orang yang mungkin melakukannya”, dengan suara lebih tegas dan lebih keras.

Nur mengangkat tubuhnya yang lemas dengan susah payah, lalu menyandarkan ke dinding. Ia menyeka air matanya yang mengucur deras kembali sambil tetap memeluk bantal yang sudah setengah basah.

Bacaan Lainnya
banner 400x400

“Apakah Kamu menyayangi Suamimu?”, tanya Bu Bisri kembali dengan suara lembut memancing. Nur hanya diam, tak menjawab. Kepalanya tertunduk lesu.

“Apakah Kamu masih mencintainya?”, terdengar suara Bu Bisri mendesak. Nur mengangguk, tanpa kata-kata.

“Ia sedang menantimu, menunggu kedatanganmu. Ia sangat menderita, dan akan lebih tersiksa lagi kalau Kamu tidak mau menemuinya”.

“Bagaimana mungkin seorang istri tidak mau menemui suaminya!”, jawab Nur sedikit tersinggung mendengar sentilan mertua.

“Kalau benar, buktikan!”, tantang Bu Bisri membakar emosi sang menantu.

“Kapan Saya harus menemuinya?”, tanya Nur dengan nada meninggi.

“Lebih cepat-lebih baik”.

“Kalau begitu Saya akan menemuinya besok”.

Bu Bisri kaget bercampur gembira menyaksikan respon positif Nur. Dirangkulnya menantunya itu. Sambil mengusap-usap kepalanya, Ia berbisik, “Ibu sebenarnya kagum dan bangga memiliki menantu sepertimu”.

“Ibu, Saya hanya seorang Anak desa yang bodoh. Saya tidak pernah merasakan Pendidikan tinggi”, kata Nur merendah.

“Pelajaran dalam kehidupan nyata jauh lebih berharga, Nak!”.

“Saya tidak mengerti apa yang Ibu maksudkan”, sambil menengadahkan kepalanya sehingga matanya bertemu dengan mata Ibu mertuanya penuh tanda tanya.

“Pada saatnya nanti Kamu akan mengerti juga”, jawab Bu Bisri datar sambil melangkah meninggalkannya.

(Bersambung…..)