“Bersujud Diatas Bara” (Seri-35): Bertemu Kembali Dengan Imam

Bertemu Kembali Dengan Imam
Muhammad Najib, Dubes RI Untuk Kerajaan Spanyol dan UNWTO
banner 400x400

Hari itu Jumat. Para tahanan diizinkan keluar dari selnya masing-masing, dengan pengawasan ketat, untuk menunaikan shalat Jumat di masjid mungil di dalam kompleks penjara. Saat hendak mengambil air wudhu, Ia melihat Imam dari kejauhan. Mata mereka saling menatap, tapi tiba-tiba Imam membuang muka. Mujahid yang tadinya bermaksud menghampirinya, kemudian mengurungkan niatnya. Ia segera mengambil air wudhu, kemudian shalat Tahiyatul Masjid dua rakaat, lalu di shaf paling belakang. Dilihatnya Imam duduk di shaf kedua dari depan. Seusai shalat dua rakaat, Imam duduk sambil menggerak-gerakan jemarinya berzikir. Mujahid maju dan duduk mengisi tempat kosong di sebelah Kanan Imam. Dengan ekor matanya, Imam melirik Mujahid tanpa menggerakkan tubuhnya sedikit pun.

“Hati-hati, gerak gerik kita diawasi!”, katanya pelan sambil tetap menggerak-gerakkan jarinya.

Bacaan Lainnya
banner 400x400

Imam menoleh sejenak lalu menundukkan kepalanya.

“Apakah Antum menyesal?”, tanya Imam pelan dengan wajah tetap menatap lantai masjid. Mujahid diam saja, tak menjawab.

“Apakah Antum marah?”, tanya dia lagi. Mujahid menggeleng, seperti menahan diri untuk tidak bicara.

“Berapa lama hakim menjatuhkan hukuman?”.

“Dua puluh tahun”, jawab Mujahid singkat.

“Kalau Antum?”, tanya balik Mujahid.

“Jaksa menuntut hukuman seumur hidup, tapi hakim memutuskan hukuman mati”.

Kepala Mereka menunduk, dan tidak melanjutkan dialog. Mata mereka tetap menatap ke lantai sambil berzikir. Jamaah yang hendak menunaikan shalat Jumat semakin bertambah.

“Kenapa Antum mendekatiku?”, tanya Imam lagi.

“Ana belum sepenuhnya mengerti apa yang sebenarnya terjadi. Ana ingin tahu lebih banyak lagi”.

Kali ini Imam yang tidak menjawab.

“Pada saatnya nanti Antum akan tahu. Sekarang lebih baik kita berzikir kembali agar tidak meninggalkan kecurigaan”.

Terlihat khatib sudah naik mimbar dan mengucapkan salam. Ia langsung mengunci mulutnya, karena saat khatib berkhutbah tak seorangpun dibolehkan bicara

(Bersambung…..)