Tantangan Pers di Zaman Edan

Tantangan Pers di Zaman Edan
Hari Pers Nasional

Kasus di tubuh Polri, lebih mengerikan lagi. Kasus Ferdy Sambo, kontroversinya, dan banyaknya pejabat tinggi polri yang terseret di dalamnya, juga bikin kita merinding. Bagaimana lembaga yang dipimpin Sambo, yang merupakan polisinya polisi, tetapi justru melakukan kejahatan seperti itu. Begitu lamanya aksi kejahatan itu, dan begitu rapinya.

Kasus-kasus gratifikasi (suap) di dunia perguruan tinggi yang mulai terkuak sejak kasus di Universtas Lampung (Unila) juga tidak kalah mengerikan. Kasus itu berkaitan dengan titipan dari orang tua calon mahaiswa. Bayarnya ratusan juta agar calon mahasiswa dapat diterima di Unila. Terdakwanya adalah rektor dan beberapa sejawatnya yang umumnya para profesor. Celakanya, permainan seperti itu sangat mungkin juga terjadi di kampus-kampus negeri lainnya. Opo gak ngeri ta?

Bacaan Lainnya
banner 400x400

Perguruan tinggi yang diharapkan menjadi pusat percontohan praktik integritas pribadi-pribadi maupun kolektif, ternyata ikut terjebak dalam permainan kotor di negeri ini. Apalagi, pelakunya para cendekiawan kampus, Bahkan, di antara mereka ada profesor. Bagi banyak orang, profesor itu digambarkan sebagai orang yang sudah tua, kepala botak kakehen mikir teori, dan ilmunya sundul awan.

Kasus Ferdy Sambo dan para suporternya, dan kasus di kampus Unila dan beberapa lainnya, merupakan sebagian tantangan yang dihadapi pers nasional saat ini dan ke depan. Tantangan bagi media massa mainstream, beranikah mereka memberitakan kasus-kasus seperti itu secara apa adanya. Pemberitaan secara obyektif, tanpa tanpa hoaks, tanpa kebohongan.

Melihat situasi di negeri ini, rasanya jadi ingat karya Pujangga Kasunanan Surakarta Ronggo Warsito (1802-1873). ‘’Amenangi jaman edan, ewuh aya ing pambudi, melu edan nora tahan, yen tan milu anglakoni boya kaduman, melik kaliren wakasanipun. Dilalah kersa Allah, begja begjaning kang lali luwih begja kang eling lan waspada.’’ (dikutip dari TribunJateng, 5 April 2019). Hidup di zaman edan, hati nurani serba sulit. Mau ikut edan tidak tahan. Tidak ikut edan tidak kebagian. Tetapi seuntung-untungnya orang yang lupa, masih lebih beruntung orang yang selalu ingat dan waspada.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *