Benarkah Sakaratul Maut Menakutkan? Ini Penjelasan Prof. Quraish Shihab

Benarkah Sakaratul Maut Menakutkan?
Quraish Shihab

Suasana menjelang kematian, atau yang sering disebut sakaratul maut, kerapkali digambarkan menakutkan. Ada yang bilang rasanya seperti kulit kambing dikelupas hidup-hidup: perih dan sakit.

Hajinews.id – Semua orang pasti mati. Tidak ada makhluk di dunia yang bisa lolos dari kematian. Setiap jiwa pasti akan mati, kata Al-Qur’an. Suasana mendekati kematian, atau yang sering disebut dengan sakaratul maut, sering digambarkan menakutkan. Ada yang mengatakan rasanya seperti menguliti kambing hidup: perih dan menyakitkan

Bacaan Lainnya
banner 400x400

Namun Prof. Quraish Shihab mengingatkan kita tidak perlu khawatir dengan kematian. Karena sudah pasti dan tidak semua kematian itu menyakitkan. Beliau mengambarkan seperti orang yang dilukai anggota tubuhnya. Kalau sebelum dilukai diberi bius terlebih dahulu, rasanya tidak akan sakit. Tapi kalau tidak dibius, pasti akan sangat menyakitkan. Amal kebaikan bagi Prof. Quraish seperti halnya bius.

Semakin banyak amal kebaikan yang dilakukan, proses kematiannya pun akan semakin ringan. Al-Qur’an menggambarkan malaikat pencabut nyawa, ada yang mencabut nyawa dengan keras, tapi ada pula yang lembut. Bagaimana teknik pencabutannya lagi-lagi tergantung pada amal baik yang dilakukan.

“Semua orang mengalami sakaratul maut, tapi ada suasana yang memberatkannya dan ada pula suasana yang meringankannya. Semua orang kalau dipotong tanggannya akan bersih, tapi kalau dibius terlebih dahulu, ngak kerasa,” Jelas Prof. Quraish Shihab

Kenapa orang yang berbuat baik tidak merasakan sakit? Ada beberapa alasan: malaikat mencabut nyawanya dengan pelan-pelan, dan bagi orang-orang saleh ketika dicabut nyawanya, yang terbayang bagi mereka adalah surga, sementara kematian satu-satunya jalan untuk menuju surga.

“Kematian adalah nikmat. Karena itu jalan satu-satunnya menuju surga. Kita tidak dapat surga, kita tidak bisa sempurna wujud kemanusiaan kita kecuali setelah mati,” Kata Prof. Quraish Shihab.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *