Disway: Ultah Dewa

Ultah Dewa

Saya sudah beberapa kali ikut arak-arakan dewa seperti itu. Di Bogor saja dua kali. Juga di Singkawang.

Yang di Semarang ini adalah untuk merayakan hari lahir salah satu dewa di kelenteng Ling Hok Bio. Di antara lebih 70 kelenteng itu saya lihat ada klenteng Slawi (Tegal), Bandung, Tangerang, Krian, Jalan Demak Surabaya. Dan banyak lagi.

Bacaan Lainnya
banner 400x400

Tidak semua kelenteng kirim dewa ke acara ini. Kelenteng tua tahun 1771 tadi termasuk yang tidak ikut mengirimkan dewa. Padahal kelenteng ini punya lebih dari 40 dewa. Altarnya saja 29. Tiap dewa ditempatkan di satu altar tersendiri.

Banyaknya altar itu membuat kelenteng ini ramai. Punya banyak dewa. Dewa apa saja ada. Maka yang datang untuk minta sesuatu ke dewa tanah bisa dilayani. Yang minta keadilan bisa datang ke dewa Hakim Bao. Lalu ada dewa Kwan Im. Bahkan di sini ada dewa Cheng Ho –rupanya Cheng Ho sudah didewakan. Masih ada lagi Buddha. Dewa laut. Dewa penolakan bencana. Dewa kepintaran. Dan banyak lagi.

Salah satu patung di kelenteng itu adalah patung suhu sedang memancing. “Beliau memancing tanpa kail. Beliau menunggu sampai ada ikan yang dengan sukarela datang memakan benang pancing itu,” ujar penjaga kelenteng di situ.

Kirab dewa di Semarang ini adalah acara kedua saya yang terkait dengan kelenteng. Di bulan ini.

Pekan lalu saya diundang ke Munas kelenteng yang tergabung di Tri Dharma. Di Jakarta International Expo di Kemayoran. Saya, yang muslim ini, diminta membuka Munas itu.

Saya memang lagi berharap agar Tri Dharma segera mendapat ketua umum yang baru. Lalu terjadi kerukunan lagi seperti di zaman ketua umum Ongko Prawiro yang meninggal dunia.

Saya diminta memukul gong. Sebelum membuka Munas itu saya undang lebih 15 tokoh kelenteng untuk ikut naik panggung. Lalu semua saja secara giliran menabuh gong pembukaan. Termasuk tokoh kelenteng dari Riau. Ibu Maria. Pengusaha besar sawit di pulau Rupat. Dia sendiri saja sudah membawa 200 mandat dari 200 kelenteng di seluruh Riau.

Munasnya pun lancar. Ketua umum baru terpilih dengan aklamasi: Go Sik Kian dari Tulungagung.

Ke depan kelihatannya akan kian banyak pawai dewa seperti di Semarang hari ini. Kediri segera mengadakan. Lasem. Slawi. Dan banyak lagi.

Ulang tahun dewa semakin meriah saja. (Dahlan Iskan)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *