Disway: Listrik Atap

Listrik Atap
-

Maka betapa sulitnya PLN dalam menerima penugasan green energy ini. Sampai-sampai investor panel surya mengeluh: PLN tidak mau menerima seluruh listrik yang dihasilkan oleh investor tenaga surya. PLN kini memang hanya mau menerima tenaga surya 25 persen dari total pemakaian listrik di pabrik itu. Dengan demikian yang 75 persen tetap menggunakan listrik dari PLN.

Bacaan Lainnya
banner 400x400

Padahal investor tenaga surya sudah telanjur bertumbuhan. Mereka datang ke pabrik-pabrik. Mereka membiayai sendiri pemasangan panel surya di atap pabrik itu. Pemilik pabrik tinggal terima listrik dari investor tenaga surya. Lalu membayar listrik ke investor. Dijamin setidaknya 10 persen lebih murah dari listrik PLN.

Maka siang hari pemilik pabrik membayar listrik ke investor tenaga surya. Sore sampai malam hari membayar listrik ke PLN.

Di mata pemerintah itu baik sekali. Target produksi listrik hijau bisa naik terus. Bagi PLN itu bencana. Baik di sisi keuangan maupun sistem kelistrikan.

Bahkan ada ide yang lebih gila lagi rasionalnya. Banyak pabrik besar, dengan atap yang luas, hanya sedikit pemakaian listriknya. Atap itu bisa menghasilkan listrik melebihi keperluannya sendiri. Kelebihan itu bisa dikirim ke pabrik lain yang atapnya tidak luas tapi pemakaian listriknya besar.

Persoalannya: dikirim lewat apa? Jaringan kabel listrik adalah milik PLN. Bolehkah kabel PLN itu dipakai mengalirkan listrik swasta yang akan membunuhnya.

Jangan-jangan ke depan PLN itu lebih menjadi perusahaan jaringan kabel listrik. Listrik siapa saja boleh lewat di situ. Bayar. Seperti mobil lewat di jalan tol.

Kalau itu terjadi, green energy bisa datang dari mana saja, dialirkan ke mana saja. PLN yang jadi go send-nya. (Dahlan Iskan)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *