Waduh! Kata Gubernur BI, Kok Bisa Beras Tiba-tiba Hilang

Hajinews.id — Gubernur Bank Indonesia yang juga Wakil Ketua Dewan Pembina Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia (PP IPHI), Perry Warjiyo mengungkapkan keheranan kala melihat sejumlah bahan pokok mengalami kenaikan harga akibat inflasi. Salah satu sorotannya mengarah pada beras yang menjadi mahal, bahkan keberadaannya pun sempat raib di pasaran.

“Bulan lalu beras naik dimana-mana, padahal berasnya ada. Kok bisa tiba-tiba menghilang? minyak goreng juga harus dikendalikan, apalagi masuk Ramadan, Idul Fitri, mari perkuat sinergi, kita dorong inflasi agar terkendali,” katanya dalam Kick Off Gerakan Nasional Pengendalian Pangan (GNPIP) 2023, Ahad (5/3/2023).

Bacaan Lainnya
banner 400x400

Pemerintah pusat dan daerah sedang berupaya mengendalikan inflasi dengan membentuk Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah (TPIP-TPID). Pasalnya beberapa daerah sempat mengalami inflasi pangan yang begitu tinggi, hingga di atas 8%, diantaranya Jambi dengan realisasi inflasi 8,55%, Sumatera Barat 8,01%, Bangka Belitung 7,7%, Riau 7,04%, dan Aceh 6,97%. Di tingkat global pun terjadi hal yang sama.

“Inflasi dunia jadi momok seluruh dunia, makanya inflasi harus kita kendalikan karena menyangkut hajat hidup orang banyak, di bawah itu inflasi kita di tahun semester 1 di atas 5% makanya harus kita turunkan. Inflasi inti memang permintaan naik, memang mendorong harga demikian juga pangan bergejolak,” imbuhnya.

Bergejolaknya harga pangan biasanya dimulai dari harga beras. Jika harga beras sudah melambung, otomatis yang lain pun biasanya bakal mengikuti.

Harga beras masih kian mahal dari beberapa bulan terakhir. Pemerintah juga sudah mulai mencoba untuk menormalisasi harga dengan intervensi membanjiri beras impor di pasar.

Seharusnya dengan melimpahnya beras harganya bisa turun. Namun ternyata ada “maling” yang membuat harga pasar tetap mahal di pasaran.

Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso (Buwas) mengungkapkan, sudah mencium gelagat penyimpangan saat melakukan inspeksi lapangan dan operasi pasar beras. Berawal dari upaya pemerintah mengintervensi harga beras yang terus naik, operasi pasar pun digencarkan.

“Naluri polisi saya, karena itu saya waktu itu sidak (inspeksi mendadak) bersama wartawan dan saya menemukan pelanggaran itu seperti persis yang hari ini ditemukan Polda Banten. Di mana mereka membeli beras Bulog Rp8.300, langsung diganti bajunya, dan dijual dengan harga premium. Otomatis masyarakat membeli 12.000,” ungkap Buwas.

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *