Budaya Malu Orang Jepang Membuat Orangnya Sangat Disiplin

banner 400x400

Sesampainya di Jepang, di Bandara Narita, keempat atlet ini meminta maaf di hadapan pers atas perbuatan mereka. Konsekuensi lain dari kejadian itu adalah dicoretnya nama mereka dari tim yang akan berlaga di Olimpiade 2020. Itulah salah satu bentuk budaya malu Jepang yang erat hubungannya dengan tanggung jawab.

Budaya Malu Sudah Ada Sejak Jaman Dulu

Bacaan Lainnya
banner 400x400

Pada masa Samurai, ksatria Samurai atau Bushi biasa melakukan ritual bunuh diri jika melakukan tindakan tidak terpuji selama mengabdi kepada majikannya. Atau juga jika tertangkap oleh musuh dan mengalami penyiksaan. Rasa malu dari hal-hal tadi sungguh tidak tertanggung. Jadi, mereka lebih baik mati bunuh diri dengan cara Seppuku daripada menanggung malu.

Seppuku sendiri adalah bunuh diri dengan cara menusukkan pisau ke perut kemudian merobeknya. Terdengar sangat kejam namun memang inilah jalan hidup Samurai. Mereka merasa terhormat dengan melakukan hal itu. Pada tahun 1873 atau di masa Restorasi Meiji, ritual ini dihapuskan. Namun, sampai sekarang dipercaya masih banyak orang Jepang yang bunuh diri karena tidak dapat menanggung malu.

Budaya malu Jepang yang sudah ada sejak zaman Edo rupanya membawa masyarakat Jepang menjadi seperti sekarang. Mereka menjadi orang-orang yang sangat berdedikasi, disiplin dan bertanggung jawab agar terhindar dari perbuatan yang bisa mendatangkan malu. Malu bagi orang Jepang bisa sampai tak tertahankan dan menyita pikiran.

Hal-Hal yang Bisa Membuat Malu Orang Jepang

Ada banyak hal yang bisa mendatangkan rasa malu bagi orang Jepang. Walaupun sebenarnya hal-hal yang akan diulas ini adalah hal yang juga mendatangkan malu untuk orang pada umumnya, bagi orang Jepang kadar malu yang ditimbulkan lebih berat. Berikut ini penjelasannya:

1. Melanggar Norma

Norma-norma yang ada di masyarakat Jepang cukup beragam mulai dari norma sosial hingga norma adat. Kesemuanya itu tidak boleh dilanggar karena akan mendatangkan malu. Misalnya, seseorang yang mengotori Onsen atau tempat pemandian dianggap melakukan tindakan tidak terpuji. Hal seperti ini menunjukkan ia tidak bertanggung jawab dan sudah selayaknya malu karena kesalahannya.

2. Bermalas-Malasan

Tidak ada toleransi bagi orang yang suka bermalas-malasan di Jepang. Sejalan dengan budaya malu, etos kerja di Jepang yang tinggi bukanlah untuk seorang pemalas. Semua orang harus bekerja keras dengan integritas tinggi, disiplin, produktif, dan loyal.

3. Tidak Disiplin

Karena kedisiplinan sudah diajarkan dengan keras sejak kecil, maka di Jepang seorang yang tidak disiplin akan dianggap memalukan. Misalnya, seorang siswa yang tidak mengerjakan tugas tepat pada waktunya atau karyawan yang sering terlambat ke kantor. Tidak ada ruang untuk alasan karena semuanya seharusnya bisa direncanakan dan diperhitungkan.

4. Berbuat Tidak Jujur

Pejabat negara yang korupsi sangatlah memalukan di Jepang. Jika terbukti melakukan korupsi, sanksi sosial dan hukumnya sangat berat. Berbeda dengan di Indonesia yang menganggap tertangkap saat korupsi adalah musibah. Di Jepang tindakan korupsi merupakan aib besar karena uang rakyat tidak seharusnya dicuri.

5. Gagal Mencapai Tujuan

Di Jepang, seseorang yang telah diberi kepercayaan mengerjakan sesuatu tapi tidak bisa memenuhinya akan sangat malu. Bagi pejabat, seringkali berujung pada pengunduran diri dan pengembalian gaji. Gagal mencapai tujuan artinya tidak bisa mengemban amanah karena ketidakmampuan diri. Rasa malu dari perbuatan ini sangat besar.

Budaya malu Jepang yang mengakar menjadikan masyarakatnya orang-orang yang penuh tanggung jawab dan berdedikasi tinggi. Walaupun pada beberapa kasus rasa malu sering berujung pada menyalahkan diri sendiri secara berlebihan dan berujung bunuh diri. Namun, terlepas dari semua itu, sudah selayaknya rasa malu akan tindakan tidak terpuji diamalkan oleh semua orang.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *