Kultum 43: Mendidik Anak dengan Berbagai Kisah

Mendidik Anak
Dr. H. Rubadi Budi Supatma, Wakil Ketua Departemen Kelembagaan dan Hubungan Luar Negeri Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, PP IPHI.

Oleh: Dr. H. Rubadi Budi Supatma, Wakil Ketua Departemen Kelembagaan dan Hubungan Luar Negeri Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, PP IPHI.

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Bacaan Lainnya
banner 400x400

اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَا تُهُ

Pembaca yang dirahmati Allah,

Hajinews.id – Salah satu metode dalam mengajarkan agama kepada anak usia pra-sekolah dan usia sekolah adalah dengan pemberian kisah-kisah yang edukatif. Kisah yang edukatif dan menarik minat anak akan meninggalkan kesan yang mendalam yang pada gilirannya akan membuat anak merangkai-rangkai dan menghubungkan isi kisah-kisah tersebut dengan kehidupan nyata. Ketika anak mulai merangkai dan menghubungkan isi cerita dengan kehidupan nyata itulah efek dari berbagai kisah tadi mulai berlangsung.

Sebagi orangtua kita mungkin kurang menyadari bahwa secara metodis kandungan al-Qur’an itu bisa dikelompokkan ke dalam 4, yaitu (1) sejarah atau kisah, (2) ilmu pengetahuan, (3) janji, dan (4) ancaman. Lebih ringkas lagi empat kelompok ini bisa dilihat sebagai tiga kelompok saja, yaitu (1) sejarah atau kisah, (2) ilmu pengetahuan, dan (3) janji (baik berupa ganjaran maupun hukuman). Bahkan, tiga kelompok ini bisa dilihat sebagai dua kelompok saja, yaitu (1) sejarah atau kisah yang termasuk di dalamnya ilmu pengetahuan dan (2) janji (baik berupa ganjaran maupun hukuman).

Lebih ringkasnya bisa dikatakan bahwa ilmu pengetahuan yang terdapat di dalam al-Qur’an pun kebanyakan (bahkan mungkin hampir semuanya) dijelaskan dalam bentuk sejarah atau kisah-kisah tertentu. Sementara itu janji dan/maupun ancaman juga banyak sekali yang dijelaskan dengan berbagai sejarah atau kisah. Yang luar biasa adalah, bahwa dilihat dengan kacamata metode apapun, al-Qur’an itu tetap saja tidak mempunyai keraguan di dalamnya sebagaimana firman Allah,

ذَٰلِكَ الْكِتَابُ لَا رَيْبَ ۛ فِيهِ ۛ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ

Artinya:

Kitab (Al-Qur`an) itu tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa (QS. Al-Baqarah, ayat 2).

Salah satu contoh yang merupakan bukti bahwa ilmu pengetahuan juga diberikan dengan metode pemberian sejarah tau kisah adalah tentang teori ‘big bang’ (ledakan dahsyat) yang saat ini sedang luas dikaji para ilmiawan. Dalam al-Qur’an Allah Subahanhu wata’ala berfirman,

أَوَلَمْ يَرَ الَّذِينَ كَفَرُوا أَنَّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ

كَانَتَا رَتْقًا فَفَتَقْنَاهُمَا وَجَعَلْنَا مِنَ الْمَاءِ كُلَّ

شَيْءٍ حَيٍّ أَفَلَا يُؤْمِنُونَ

Artinya:

Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwa langit dan bumi keduanya dahulu menyatu kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan Kami jadikan segala sesuatu yang hidup berasal dari air, maka mengapa mereka tidak beriman? (QS. Al-Anbiya, ayat 30).

Di dalam ayat tersebut, nyata sekali dijelaskan bahwa “langit dan bumi keduanya dahulu menyatu”, kemudian Kami “pisahkan keduanya”.  Para ulama dan ahli tafsir menjelaskan bahwa ayat ini berkaitan dengan teori ‘Big Bang’, yaitu teori terbentuknya alam semesta yang menyatakan bahwa pada awalnya alam semesta merupakan satu kesatuan, kemudian terjadi ledakan besar yang menghasilkan pecahan-pecahan dan meluas.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *