Kisah Imam Ahmad dan Istighfar Penjual Roti

Imam Ahmad dan Istighfar Penjual Roti
Imam Ahmad dan Istighfar Penjual Roti
banner 400x400

Dinukil dari Kitab Manakib Imam Ahmad

Hajinews.id – Kisah Inspiratif ini dikemukakan oleh Imam Ahmad bin Hambal RA (murid Imam Syafi’i) dikenal juga sebagai Imam Hambali.

Bacaan Lainnya
banner 400x400

Dimasa akhir hidup beliau bercerita, satu waktu (ketika saya sudah usia tua) saya tidak tahu kenapa ingin sekali menuju satu kota di Irak. Padahal tidak ada janji sama orang dan tidak ada hajat disana

Akhirnya Imam Ahmad pergi sendiri menuju ke kota Bashrah. Beliau bercerita, “Begitu tiba disana waktu Isya’, saya ikut shalat berjamaah Isya di masjid, hati saya merasa tenang, kemudian saya ingin istirahat.“

Begitu selesai shalat dan jamaah bubar, imam Ahmad ingin tidur di masjid, tiba-tiba Marbot masjid datang menemui imam Ahmad sambil bertanya,
Kamu mau ngapain disini Syaikh.” Tanya marbot

Marbot tidak tau kalau beliau adalah Imam Ahmad. Dan Imam Ahmad pun tidak memperkenalkan siapa dirinya.

Di Irak, semua orang kenal siapa imam Ahmad, seorang ulama besar dan ahli hadits, Sangat banyak hadits dihafalnya, sangat shalih dan zuhud. Zaman itu tidak ada foto sehingga orang tidak tau wajahnya, cuma namanya sudah sangat terkenal.
Imam Ahmad menjawab: “Saya ingin istirahat, saya musafir.”

Kata marbot: “Tidak boleh, tidak boleh tidur di masjid !“

Imam Ahmad bercerita: “Saya didorong-dorong oleh orang itu disuruh keluar dari masjid, Setelah keluar masjid, dikunci pintu masjid. Lalu saya ingin tidur di teras masjid.“
Ketika sudah berbaring di teras masjid Marbotnya datang lagi, marah-marah kepada Imam Ahmad.

“Mau ngapain lagi syaikh?” Kata marbot.

“Mau tidur, saya musafir” kata imam Ahmad.

Lalu marbot berkata: “Di dalam masjid gak boleh, di teras masjid juga gak boleh.”
Akhirnya Imam Ahmad pun diusir dari area Masjid.

Imam Ahmad bercerita: “Saya didorong-dorong sampai jalanan.”

Disamping masjid ada penjual roti (Rumah kecil sekaligus untuk membuat dan menjual roti). Penjual roti ini sedang membuat adonan, sambil melihat kejadian imam Ahmad didorong-dorong oleh marbot tadi.
Ketika imam Ahmad sampai di jalanan, penjual roti itu memanggil dari jauh, “Mari Syaikh, anda boleh nginap ditempat saya, saya punya tempat, meskipun kecil.”

Kata imam Ahmad “baik” Imam Ahmad masuk ke rumahnya, duduk dibelakang penjual roti yang sedang membuat roti (dengan tetap tidak memperkenalkan siapa dirinya, hanya bilang sebagai musafir).
Penjual roti ini punya perilaku khas, kalau imam Ahmad ngajak bicara dijawabnya. Kalau tidak, dia terus membuat adonan roti sambil melafalkan istighfar, “Astaghfirullah.“

Saat memberi garam, Astaghfirullah, memecah telur Astaghfirullah, mencampur gandum Astaghfirullah. Dia senantiasa mendawamkan istighfar. Sebuah kebiasaan mulia. Imam Ahmad memperhatikan terus perilaku penjual roti ini.

Imam Ahmad bertanya: “Sudah berapa lama kamu lakukan ini?”

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *