Setelah mendapat kurma yang diinginkan, mereka segera berangkat ke rumah Abu Nawas. Begitu juga dengan Ahmad, dia membawa tiga buah kurma miliknya. Saat berjalan menuju rumah Abu Nawas, di tengah perjalanan Ahmad melihat anak kecil sedang duduk sambil menangis. Dikarenakan merasa iba, Ahmad pun menghampirinya.
“Kamu kenapa?” tanya Ahmad.
“Aku ingin makan buah kurma, tapi tidak punya uang,” jawab anak kecil tersebut.
“Ini aku ada buah kurma, silakan kamu ambil,” balas Ahmad sambil memberikan satu butir kurma.
Anak kecil itu langsung tersenyum bahagia. Ia pun mengucapkan terima kasih kepada Ahmad. Kemudian Ahmad melanjutkan perjalanan. Kini kurma yang ada di tangannya tinggal dua butir.
Di saat itulah datang Abu Nawas menyamar sebagai pengemis. Dia menghampiri Ahmad dan berkata, “Saya lapar sekali, berilah saya makanan.”
Melihat hal itu, Ahmad pun kembali iba. “Tapi aku hanya punya dua butir kurma, kek,” jawab Ahmad.
“Tidak mengapa, berilah aku satu, satunya untuk bekal dirimu,” balas Abu Nawas.
Ahmad lalu memberikan satu butir kurma miliknya. Lantas, ia melanjutkan perjalanan dengan membawa satu butir kurma yang tersisa.
Begitu juga dengan murid-murid yang lain. Mereka diuji Abu Nawas dengan menyamar sebagai pengemis tua, tapi tidak ada satu pun yang rela memberikan kurmanya.
“Enak saja, ini buah kurma terbaik dan harganya mahal,” jawab salah satu murid.
“Bukankah buah kurma yang kamu bawa itu banyak? Berilah aku satu saja,” pinta Abu Nawas yang menyamar.
“Tidak bisa, ini kurma mau buat sayembara, dan aku harus memenangkannya,” balas si murid.
Kemudian murid tersebut meninggalkan si pengemis yang sebenarnya adalah Abu Nawas gurunya sendiri. Setelah sampai di rumah Abu Nawas, masing-masing murid membanggakan kurma yang dibawa.
“Aku pasti pemenangnya, karena kurma yang aku bawa rasanya manis sekali,” ujar salah satu murid.
“Belum tentu, pastilah aku yang menang, sebab kurma yang aku bawa bukan hanya manis, tapi jumlahnya lebih banyak dari yang kamu bawa,” timpal murid lainnya.
Tidak berapa lama datanglah Ahmad dengan membawa sebutir kurma. Melihat buah kurma yang dibawa Ahmad, teman-temannya menertawakan.
“Kurma jelek begitu dibawa kemari. Sudah begitu jumlahnya cuma satu,” celetuk salah seorang temannya.
Mereka pun kembali tertawa terpingkal-pingkal. Sikap teman-temannya ini membuat Ahmad menjadi minder. Ia pun membalikkan badan untuk kembali pulang, namun tiba-tiba keluarlah Abu Nawas dari dalam rumahnya.
“Hai Ahmad, jangan pulang dulu. Ayo ke sini,” teriak Abu Nawas memanggilnya. Lalu Ahmad disuruh berkumpul dengan murid-murid yang lain.
“Apakah kalian sudah membawa kurma yang paling manis?” tanya Abu Nawas.
“Sudah, Tuan Guru,” jawab murid-muridnya penuh semangat.