Jejak Karya Anies nan Manis

Jejak Karya Anies nan Manis
Jejak Karya Anies nan Manis
banner 400x400

Taburan “Mutiara”

Bab IV, “Kepemimpinan Anies dan Situasi Krisis”. Anies menerapkan model kepemimpinan yang mampu menginspirasi dan menggerakkan kesukarelaan.

Siapa pemimpin ideal? Kata Anies, yang ideal adalah siapapun yang “Memiliki determinasi, bukan sosok yang ciut nyali menghadapi kontroversi. Inilah elemen kenegarawanan. Para negarawan berpikir soal generasi mendatang. Sementara non-negarawan hanya berkutat soal bagaimana menang di pemilu mendatang” (h.179).

Bacaan Lainnya
banner 400x400

Kata kunci di kepemimpinan yang berhasil itu, menggerakkan! Maka, kata Anies, “Relawan tak dibayar bukan karena tak bernilai, tapi karena tak ternilai”. Masih kata Anies, “Pemimpin itu menumbuhkan relawan, bukan memetik bayaran” (h.180)

Masih tutur Anies, “Pemimpin tak boleh kirim ratapan. Pemimpin harus kirim harapan” (h.183). Juga, “Pemimpin bukan sekadar bisa jadi hero, tapi bisa menciptakan dan menggerakkan hero-hero lainnya ikut turun tangan” (h.183).

Penghargaan Berderet-deret

Bab V, “Kiprah dan Karir Sang Intelektual Organik”. Bagi Anies, siapapun dan terlebih jika berposisi sebagai pemimpin, harus cermat dalam meninggalkan jejak kehidupan. “Saya tidak risau dengan apa yang dikatakan netizen tentang saya, tapi saya risau tentang apa yang akan dikatakan oleh sejarah mengenai saya” (h.207).

Kalimat di atas, jelas hanya akan lahir dari seorang yang punya integritas. Pernyataan itu lahir dari seorang yang peduli kepada terbinanya kebaikan dalam segala aspek di negeri ini. Hal ini lebih Anies pertegas lewat pernyataan berikut: “Republik ini didirikan bukan sekadar untuk menggulung kolonialisme, tapi untuk menggelar keadilan sosial bagi seluruh rakyatnya. Republik hadir untuk melindungi, mensejahterakan, dan mencerdaskan rakyatnya serta memungkinkan berperan dalam tataran dunia” (h.207).

Selanjutnya, seperti dirinya, kaum intelektual tak boleh ragu untuk berkiprah di gelanggang politik. Bagi Anies, kaum terdidik harus siap untuk terlibat dalam upaya melunasi janji kemerdekaan, yang dituliskan dalam pembukaan UUD 45 yaitu melindungi, mencerdaskan, mensejahterakan, dan menjadi bagian dari ketertiban dunia. Janji itulah, kata Anies di berbagai kesempatan, belum dilunasi (h.207).

“Untuk (membangun) strong leadership, hal terpenting adalah bagaimana membentuk pemimpin yang autentik, yaitu tampil apa adanya, berkharisma, siap tidak popular, tapi punya pemikiran kuat. Bukan sekadar pemimpin yang menjaga citra tapi tak melakukan apa-apa,” kata Anies (h. 208).

Anies bukan jenis tokoh yang muncul tiba-tiba. Jejaknya dalam hal olah pribadi dan latihan kepemimpinan, terekam jelas dan panjang. Sekadar menyebut, pada 1985 dia menjadi Ketua OSIS se-Indonesia. Anies, pada 1987, peserta pertukaran pelajar. Dia terpilih sebagai peserta AFS (American Field Service), program pertukaran pelajar siswa Indonesia-AS. Satu tahun Anies tinggal di Amerika.

Pada 1889, TVRI Yogyakarta memilih Anies menjadi salah satu pewawancara tetap di acara bertajuk Tanah Merdeka. Pengalaman ini membuat dia banyak belajar dari kehidupan orang-orang besar yang diwawancarainya.

Pada 1992, Anies Ketua Senat Mahasiswa UGM. Di fase ini, antara lain, pengalaman menyuarakan pendapat lewat demonstrasi sekaligus berdiplomasi didapatnya. Kala itu, 1993, terjadi demo besar mahasiswa menentang apa yang disebut dengan SDSB (Sumbangan Dana Sosial Berhadiah). Belasan ribu mahasiswa turun ke jalan memprotes dilegalkannya judi bernama SDSB itu.

Anies sempat ditekan pihak milter. Tapi dengan kekuatan kata-kata dan logika, diplomasi Anies berhasil membalik keadaan. Lalu, merasa kalah argumentasi, sang komandan segera balik badan dan pasukannya berangsur-angsur meninggalkan lokasi demo (h.204).

Anies, pada 1993, mendapat beasiswa ke Jepang. Pada 1997, menerima beasiswa Master di Amerika. Pada 1998, mendapat penghargaan ASEAN Student Award. Pada 1999 mendapat beasiswa program doktor di Amerika. Pada 2004, menerima beasiswa mahasiswa berprestasi di Northern Illionis University. Beasiswa ini diberikan bagi mahasiswanya, yang memiliki prestasi dan integritas dalam pengembangan ilmu politik (h.209-211).

Pada 2008, majalah Foreign Policy memasukkan Anies sebagai salah satu dari “100 Intelektual Dunia”. Di penghargaan ini, dia satu-satunya dari Indonesia dan Asia Tenggara.

Pada 2010, Anies ada di “20 Orang Penting dalam 20 Tahun Mendatang” versi majalah Foresight. Pada 2010, masuk “500 Muslim Berpengaruh Dunia” (pilihan dari salah satu pusat studi di Yordania).

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *