Hikmah Siang: Jangan Lupa Bahagia

Semua orang ingin hidup bahagia, tidak ada yang ingin menderita. Biasanya kebahagiaan diidentikan dengan banyaknya materi dan harta benda. Memang harta benda adalah salah satu faktor penyebab kebahagiaan, tapi ternyata tidak selamanya kekayaan membawa kepada kebahagiaan. Tidak sedikit orang kaya raya tapi hidupnya menderita.

Adolf Merckle seorang pengusaha dari Jerman yang masuk 100 orang terkaya dunia versi majalah Forbes tahun 2006 yang menempati urutan ke 36 dengan kekayaan 8 Milyar Pounsterling, pada tahun 2009 mati mengenaskan dengan menabrakkan diri pada Kereta Api.

Bacaan Lainnya
banner 400x400

Pantaslah kalau Rasulullah SAW bersabda, “Kekayaan itu bukan karena banyaknya harta benda, tetapi kekayaan sebenarnya adalah kaya hati” (H.r. Bukhari : No. 6446, dan Muslim : No. 1051).

Lalu dimanakan letaknya kebahagiaan sesungguhnya ?
Perhatikan firman Allah berikut,

{يَاأَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَتْكُمْ مَوْعِظَةٌ مِنْ رَبِّكُمْ وَشِفَاءٌ لِمَا فِي الصُّدُورِ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ. قُلْ بِفَضْلِ اللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَلِكَ فَلْيَفْرَحُوا هُوَ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُونَ} [يونس : 57- 58]
_Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman. Katakanlah: “Dengan kurnia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Kurnia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan“_ (QS Yunus : 57-58)

Dalam ayat ini, kebahagiaan yang dibahasakan dengan “al-Farah” yang berarti gembira (ekspresi kebahagiaan), dikaitkan dengan kurnia dan rahmat Allah, dan kalau merujuk kepada ayat sebelumya ternyata itu adalah Al-Qur’an. Sehingga bisa disimpulkan bahwa sumber kebahagiaan sejati adalah hidup mengikuti aturan Allah SWT.

Kenapa banyak orang kaya tapi tidak bahagia ? karena hatinya kosong dari rahmat Allah, sebab tidak pernah mengikuti aturan Allah. Sebaliknya tidak sedikit orang miskin tapi hidup tenang, karena hatinya penuh dengan rahmat Allah. Itulah yang dimaksud dengan kaya hati.

Apakah selama ini kita sadar, bahwa sesungguhnya mentaati aturan Allah itu membawa kebahagiaan ? Sesungguhnya shaum mengajarkan dan menyadarkan hal itu. Rasulullah SAW bersabda :
” لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ: فَرْحَةٌ عِنْدَ فِطْرِهِ، وَفَرْحَةٌ عِنْدَ لِقَاءِ رَبِّهِ ” رواه مسلم : 1151
“Untuk orang yang shaum ada dua kegembiraan : kegembiraan ketika berbuka, dan kegembiraan ketika bertemu Rabbnya” (H.r. Muslim : no. 1151).

Ketika adzan magrib berkumandang kita merasa gembira, pertanyaannya apakah kegembiraan tersebut karena makanan dan minuman yang ada di depan kita ? bukan, karena makanan dan minuman tersebut di luar Ramadhan pun ada, tapi karena shaumnya. Kalau orang yang tidak shaum ikut makan dan minum, yakin dia tidak akan merasakan kegembiraan seperti orang yang shaum.

Ketika Idul Fitri kita merasa gembira. Apakah kegembiraan itu karena baju barunya, makanan khasnya ? bukan, tapi karena kita sudah shaum selama satu bulan. Silahkan saja orang yang tidak shaum ikut berlebaran, tapi hati tidak bisa dibohongi, dia tidak akan merasakan kebahagiaan seperti orang yang shaum dan ibadah Ramadhan.

Ini menunjukan bahwa ibadah itu sejatinya membawa kebahagiaan pada diri kita.

So, jangan lupa bahagia !

_Wassalam,_
*Haris Muslim*

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *