Presiden Astronomi Jeddah: Idul Fitri Jatuh pada Hari Jumat 21 April 2023

Idul Fitri Jatuh pada Hari Jumat 21 April 2023
Idul Fitri Jatuh pada Hari Jumat 21 April 2023

Dari Kisar, jalur gerhana bergerak ke melintasi sisi tenggara Laut Banda dan melalui sejumlah pulau kecil di MBD.

Lintasan gerhana terus menyusuri lautan hingga kembali melalui daratan di utara Kepulauan Watubela, Seram Bagian Timur, Maluku.

Bacaan Lainnya
banner 400x400

Setelah melalui timur Laut Seram, jalur gerhana memasuki daratan paruh burung Papua, di bagian tengah Semenanjung Bomberay, Fakfak, Papua Barat.

Berikutnya, lintasan gerhana akan melewati bagian timur Teluk Bintuni, utara Teluk Wondama, hingga akhirnya melintasi pulau-pulau di pesisir utara Papua di barat Kabupaten Kepulauan Yapen dan selatan Biak Numfor.

Selepas itu, jalur gerhana kembali memasuki lautan dan berakhir seiring terbenamnya Matahari di sisi timur Kepulauan Marshall, barat Samudra Pasifik.

Di sepanjang lintasan gerhana itu, GMC hanya bisa dinikmati di kedua ujung jalur gerhana, yaitu di selatan Samudra Hindia dan barat Samudra Pasifik. Sisanya, masyarakat di semua wilayah daratan yang dilintasi jalur gerhana ini hanya bisa melihat GMT.

”Sejak lintasan gerhana memasuki Australia, gerhana yang terjadi adalah GMT, bukan GMC,” tambah komunikator astronomi dari Langitselatan, Avivah Yamani, dalam Bincang Astronomi: Menikmati Gerhana Matahari 2023 dengan Sederhana, Sabtu 1 April 2023.

Keseluruhan proses gerhana berlangsung selama 5 jam 25 menit, tetapi gerhana matahari total hanya terjadi selama 1 menit 16 detik.

Puncak gerhana terbaik terjadi di perairan selatan Timor Leste pada pukul 13.18 WIT. Waktu terjadinya gerhana di tempat lain harus disesuaikan dengan waktu setempat, termasuk untuk wilayah lain di Indonesia yang hanya bisa melihat gerhana Matahari sebagian (GMS).

Langka

Gerhana Matahari sejatinya bukanlah peristiwa langka. Setiap tahun, setidaknya terjadi 2-5 kali gerhana Matahari. Namun, menjadi istimewa karena hanya di daerah-daerah tertentu peristiwa ini bisa disaksikan.

Masyarakat yang tinggal di satu wilayah tertentu, dalam seumur hidup mereka, belum tentu bisa menyaksikan gerhana Matahari, khususnya GMT yang spektakuler, apalagi GMH.

GMT spektakuler karena dampaknya sangat terasa. Saat piringan Bulan menutupi bulatan Matahari secara penuh, langit pada pagi hingga sore hari yang terang tiba-tiba berubah menjadi gelap. Suhu turun, kecepatan angin berubah, aneka satwa mendadak berperilaku aneh, termasuk riuh kicau burung yang tidak biasa. Semua itu berpadu dengan decak kagum manusia, tak jarang sampai mengeluarkan air mata, yang menyaksikan langsung keagungan semesta.

”Menyaksikan gerhana Matahari adalah pengalaman yang tak terlupakan seumur hidup karena tidak ada fenomena lain di Bumi yang bisa menyaingi keindahan kosmik seperti saat terjadi gerhana Matahari,” tambah astronom dan wartawan senior Kompas, Ninok Leksono, yang sudah empat kali mengamati GMT di Indonesia, yaitu 11 Juni 1983, 18 Maret 1988, 24 Oktober 1995, dan 9 Maret 2016.

Lintasan Gerhana Matahari Hibrida di Indonesia 20 April 2023_01

Lintasan gerhana Matahari total 20 April 2023 yang melintasi wilayah timur Indonesia di Maluku, Papua Barat, dan Papua. Gerhana ini merupakan bagian dari gerhana Matahari hibrida yang jalurnya terentang dari selatan Samudra Hindia hingga ke barat Samudra Pasifik.

Saat peradaban modern makin maju dan sains sudah menjadi pengetahuan kita, manusia malah makin sedikit meluangkan waktunya melihat langit. Bagaimanapun, manusia masih menggantungkan banyak aspek hidupnya pada Matahari.

Secara teoretis, GMT paling lama bisa berlangsung selama 7 menit 32 detik. Namun, GMT 1 menit 16 detik yang akan terjadi pada 20 April 2023 nanti tetap memberi dampak luar biasa hingga banyak orang mengejarnya, termasuk sejumlah wisatawan. GMT pada 9 Maret 2016 yang melintasi Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku Utara mendongkrak kedatangan wisatawan nusantara dan mancanegara.

GMT terjadi tatkala bayangan inti (umbra) Bulan yang terbentuk akibat piringan Bulan menutupi piringan Matahari jatuh ke permukaan Bumi. Jika bayangan yang jatuh ke permukaan Bumi adalah perpanjangan inti Bulan (antumbra), maka akan terjadi GMC. GMH merupakan rangkaian GMC dan GMT sehingga, pada satu waktu secara bergantian, bayangan Bulan yang jatuh ke Bumi adalah antumbra, diikuti umbra, dan kembali antumbra.

Seperti dikutip dari Space, 20 November 2022, GMH terjadi karena jarak Bulan ke Bumi berada di sekitar batas bayangan umbra menyentuh Bumi dan melengkungnya permukaan Bumi. Saat awal dan akhir GMH, ujung bayangan umbra Bumi berada sedikit di atas permukaan Bumi sehingga bayangan yang jatuh ke permukaan Bumi adalah bayangan antumbra. Akibatnya, terjadi GMC di daerah yang dilalui antumbra Bulan tersebut.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *