Tafsir Al-Quran Surat Al-Fath ayat 28-29: Menguatkan Solidaritas dan Kasih Sayang Sesama Orang Beriman

Menguatkan Solidaritas dan Kasih Sayang Sesama Orang Beriman
Prof. Dr. KH Didin Hafidhuddin, Anggota Dewan Penasihat Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, PP IPHI.

Dalam melaksanakan dakwahnya, Rasulullah SAW senantiasa memberikan contoh, memberi tauladan yang baik, bahkan besama para sahabat. Misalnya, Rasulullah SAW tegas kepada kafir dan berkasih sayang sesama orang beriman. Prinsip-prinsip tentang berkasih sayang ini pernah kita bahas beberapa waktu lalu. Pertama, ta’liful qulub, atau penyatuan hati sesama orang beriman, bahkan dimulai dari penyatuan hati di dalam keluarga, yang sejalan dengan ajaran islam. Kedua, ta’liful fikrah, kesatuan pikirkan. Jadi, ta’liful fikrah ini bagian dari penyatuan hati, yang dijelaskan di atas. Kemudian, masuk pada tahap ta’liful amal dan ta’liful harakah. Mengapa para sahabat sampai demikian bersatu sedikian rupa sehingga terjadi kesatuan hati dan kesatuan pemikiran? Mereka mulai dengan ruku’ dan sujud bersama-sama, atau senantiasa melaksanakan shalat berjamaah. Masjid bukan hanya tempat sujud, tapi tempat perjuangan dan syiar islam. Seandainya para pemimpin politik senantiasa melakukan shalat berjamaah bersama para anggota atau sahabatnya, maka perasaan satu hati, satu pemikiran itu akan senantiasa terbangun. Para politisi tidak saling menjatuhkan, membongkar aib sesama teman, tapi saling melindungi untuk tujuan besar, mengharapkan keridhaan Allah SWT.

Rasulullah SAW membangun komunitas muslim dam mu’min para sahabat dengan baik, setelah penyatuan hati, penyatuan pikirkan dan penyatuan tindakan untuk senantiasa menegakkan agama Allah. Ini politik identitas muslim yang sebenarnya. Kita tidak perlu malu menunjukkan identitas kita sebagai muslim. Muslim adalah manusia yang berakhlak dengan baik, menepati janji, tidak khiyanat dll, sebagaimana dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Kita perlu ingat terus bahwa Rasulullah SAW memilik akhlak yang mulia, bahkan digambarkan sebagai “Al-Quran berjalan”, karena perlikau dan tindakan Rasulullah SAW senantiasa berdasarkan wahyu dan petunjuk Allah SWT. Kemudian, Rasulullah SAW menyiapkan kader-kader atau pemuda muslim yang akan menjadi pemimpin islam di masa mendatang. Masa depan syiar islam tergantung pada generasi muda yang memiliki kepedulian sesama muslim dan kepedulian atas kemajuan bangsa dan negara.

Bacaan Lainnya
banner 400x400

Dalam menjawab pertanyaan tentang pada masa musim pemilu, bagaimana agar suara umat islam tidak terpecah belah. Intinya, jangan memilih pemimpin yang tidak pernah shalat, apalagi yang anti islam. Penyatuan hati dimulai dari memilih pemimpin ini, karena semua tindakan kita akan diminta pertanggungjawaban di hadapkan Allah SWT. Jangan memilih pemimpin yang tidak mendukung perjuangan islam, karena kita akan rugi di dunia dan di akhirat. Pilihlah pemimpin yang lurus, jelas track record-nya, mendukung perjuangan islam, dan membawa kemaslahatan ummat dan kemajuan bangsa ke depan.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *