Jemaah Haji Lansia Berisiko Terkena Dimensia Ketika Tiba di Tanah Suci, Berikut Cara Penanganannya

Hajinews.id – Pemerintah memberikan perhatian khusus kepada jemaah (lansia) lanjut usia pada ibadah haji 1444 Hijriah atau Haji 2023. Pasalnya, jumlah jemaah lansia tahun ini cukup besar yakni 76.000 orang, yakni 30 persen dari kuota 221.000 jemaah.

Kebanyakan dari mereka adalah orang tua yang menderita kepikunan. Ada banyak hal yang perlu dipertimbangkan saat merawat jemaah haji lansia dengan kondisi dimensia.

Dr Imran, Kepala Bidang Kesehatan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi, mengatakan jamaah lansia cukup rentan terkena dimensia saat tiba di Tanah Suci.

Bacaan Lainnya
banner 400x400

Dimensia adalah penyakit yang dapat menurunkan pemikiran dan ingatan terutama memengaruhi orang yang berusia di atas 65 tahun.

“Orang pikun ini begitu tiba di Madinah, dia melihat suasana yang benar-benar baru. Tidak ada satu pun bangunan ataupun orang yang bisa mengembalikan ingatan ketika di Tanah Air, sehingga dia sesaat akan disorientasi tempat, waktu,” kata Imran di Madinah.

Kondisi ini biasanya dipicu oleh banyak faktor, selain memang memiliki gangguan dari sisi memori akibat faktor usia. “Yang kedua itu bisa dipicu oleh kelelahan dan dehidrasi,” ujar Imran.

Untuk penanganannya, para petugas haji atau jemaah yang lain bisa mengajaknya bercerita untuk me-recall ingatannya.

“Paling tidak suruh dia ungkap ingatan dia di kampung untuk me-recall ingatannya. Tujuannya dari Tanah Air ke Tanah Suci itu apa,” ujar Imran memberikan tips.

Selanjutnya, bisa diberikan asupan air minum yang cukup. Sebab, serangan dimensia ini juga bisa dipicu akibat dehidrasi. Apalagi saat ini kondisi cuaca di Arab Saudi cukup panas, sehingga ia meminta para jemaah lebih sering minum air, sekalipun belum haus.

Jemaah Haji Lansia yang Alami Dimensia Harus Terus Didampingi

Lantas berapa lama pemulihannya setelah mendapatkan penanganan awal ini?

“Tergantung kondisinya. Kalau pemicunya kekurangan cairan maka terapi utamanya adalah mengembalikan cairan tubuhnya. Kalau berat kita akan rujuk (ke Klinik Kesehatan Haji Indonesia),” ujar Imran.

Selain memberikan asupan air, jemaah haji lansia ini juga harus terus didampingi. Pendampingnya tersebut yang akan selalu mengingatkan ingatannya.

“Kalau capek lagi, dehidrasi bisa terjadi lagi (hilang ingatan),” kata Imran.

Siapa pun yang mendampingi jemaah lansia tersebut, kata Imran, harus bisa membantu mengembalikan ingatannya. Meski bukan keluarga, namun jika paham kondisi lansia tersebut sebelumnya, hal itu akan sangat membantu.

“Kalau misalnya tetangga, atau orang dikenal saat di asrama haji sudah kenal, itu bisa,” ujar Imran.

Sumber: liputan6

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *