Enam Ciri Negara Kesejahteraan Indonesia

Ciri Negara Kesejahteraan Indonesia
Enam Ciri Negara Kesejahteraan Indonesia
banner 400x400

Upaya menemukan dan merumuskan model pembangunan ekonomi, politik, dan budaya ala Indonesia, tentulah sebuah inisiatif yang perlu didorong. Selayaknya sebuah negara dibangun dengan sistem yang sesuai dengan kultur dan sejarah negara itu sendiri.

Namun kita tetap membutuhkan pembanding. Kita memerlukan data dan fakta, yang terukur, dengan tolak ukur negara lain, untuk mengetahui seberapa maju atau mundur upaya itu.

Bacaan Lainnya
banner 400x400

Dari begitu banyak eksperimen dan laboratorium sosial yang mengembangkan aneka pola pembangunan, yang manakah yang paling berhasil? Kita memerlukan indeks yang terukur untuk menilainya.

Melalui indeks data itu, kita dapat membedakan, mana pola pembangunan yang hanya bagus di atas kertas, yang puitis tapi hanya kuat sebagai wacana belaka? Dan model mana yang memang berujung kepada kebahagiaan dan kesejahteraan warga negaranya?

Kita bisa bandingkan beberapa sistem ekonomi politik yang ada. Sistem kapitalisme atau liberalisme diwakili Amerika Serikat. Sistem Sosialisme (Komunisme) diwakili Cina. Lalu kita masukkan juga Perancis yang disebut yang ikut memulai sistem sempalan, sistem Heterodoks.

Kita bandingkan pula dengan sistem alternatif, yang diwakili oleh Asia, misalnya seperti Jepang, dan Korea selatan. Dapat pula kita masukkan data Indonesia, yang akan dikembangkan menjadi Sistem Ekonomi Pancasila, Pancasilanomics, ataupun Nusantaranomics.

Data apa yang akan kita gunakan untuk membandingkannya? Perserikatan Bangsa-Bangsa kini mengembangkan 𝙒𝙤𝙧𝙡𝙙 𝙃𝙖𝙥𝙥𝙞𝙣𝙚𝙨𝙨 𝙄𝙣𝙙𝙚𝙭 untuk mengukur kemajuan negara.

Negara tak bisa dianggap maju hanya akibat kemajuan dan pertumbuhan ekonominya saja. Manusia tak hanya perlu roti. Bahkan juga kemajuan negara tak hanya bisa diukur dari level kesehatan dan pendidikan masyarakat saja.

Negara yang berhasil harus juga membuat penduduknya bahagia. Karena Itu kebahagian penduduknya, yang diketahui melalui 𝘴𝘦𝘭𝘧-𝘤𝘭𝘢𝘪𝘮 lewat survei opini publik harus memainkan kriteria sentral.

Sedikit info soal World Happiness Index. Pada bulan Juli 2011, Majelis Umum PBB mengadopsi resolusi 65/309 Kebahagiaan: Menuju Definisi Pembangunan yang Holistik.

PBB mengundang negara-negara anggota untuk mengukur kebahagiaan rakyatnya dan menggunakan data. Basis data yang komprehensif dan akurat diperlukan untuk membantu memandu kebijakan publik.

Pada tanggal 2 April 2012, resolusi ini diikuti oleh Pertemuan Tingkat Tinggi PBB pertama untuk merumuskan Paradigma Ekonomi Baru. Saat itu tim diketuai oleh Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon dan Perdana Menteri Jigme Thinley dari Bhutan.

Bhutan harus disebut. Ia adalah bangsa yang pertama-tama memperkenalkan terminologi kebahagiaan nasional bruto. Saat itu dunia masih demam produk domestik bruto sebagai indikator pembangunan utama mereka.

Laporan Kebahagiaan Dunia pertama dirilis pada 1 April 2012. Laporan ini menarik perhatian internasional. Pada 2013, Laporan Kebahagiaan Dunia kedua diterbitkan, dan pada 2015 yang ketiga, dan seterusnya hingga saat ini.

Sejak 2016, laporan World Happiness Index dikeluarkan setiap tahun pada tanggal 20 Maret, bertepatan dengan Hari Kebahagiaan Internasional PBB.

Beberapa variabel diukur dalam World Happiness Index itu. Antara lain: “𝘩𝘦𝘢𝘭𝘵𝘩𝘺 𝘭𝘪𝘧𝘦 𝘦𝘹𝘱𝘦𝘤𝘵𝘢𝘯𝘤𝘺, 𝘧𝘳𝘦𝘦𝘥𝘰𝘮 𝘵𝘰 𝘮𝘢𝘬𝘦 𝘭𝘪𝘧𝘦 𝘤𝘩𝘰𝘪𝘤𝘦𝘴, 𝘨𝘳𝘰𝘴𝘴 𝘥𝘰𝘮𝘦𝘴𝘵𝘪𝘤 𝘱𝘳𝘰𝘥𝘶𝘤𝘵 (𝘎𝘋𝘗), 𝘨𝘦𝘯𝘦𝘳𝘰𝘴𝘪𝘵𝘺, 𝘴𝘰𝘤𝘪𝘢𝘭 𝘴𝘶𝘱𝘱𝘰𝘳𝘵 𝘧𝘳𝘰𝘮 𝘧𝘳𝘪𝘦𝘯𝘥𝘴, 𝘱𝘦𝘳𝘤𝘦𝘪𝘷𝘦𝘥 𝘤𝘰𝘳𝘳𝘶𝘱𝘵𝘪𝘰𝘯, 𝘢𝘴 𝘸𝘦𝘭𝘭 𝘢𝘴 𝘳𝘦𝘤𝘦𝘯𝘵 𝘦𝘮𝘰𝘵𝘪𝘰𝘯𝘴 𝘰𝘧 𝘵𝘩𝘦 𝘳𝘦𝘴𝘱𝘰𝘯𝘥𝘦𝘯𝘵𝘴, 𝘣𝘰𝘵𝘩 𝘨𝘰𝘰𝘥 𝘢𝘯𝘥 𝘣𝘢𝘥.“

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *