Disway: Anton Goei

Anton Goei
-
banner 400x400

“Teman-teman saya menyarankan agar saya tidak naik banding. Akan ada yang merasa tersinggung. Hukuman saya bisa ditambah,” katanya. Ia pun menyebut beberapa contoh.

Tentu rumah Anton juga digeledah saat itu. Begitu mendengar rumahnya digeledah Anton justru menaruh uang cash banyak sekali di rumahnya. “Miliaran rupiah,” katanya lantas senyum.

Bacaan Lainnya
banner 400x400

“Tidak takut disita?”

“Sama sekali tidak. Saya ingin menunjukkan bahwa saya tidak cari uang di jabatan saya. Saya sudah punya banyak uang,” katanya.

Jadi, apakah akan maju lagi jadi calon wali kota?

“Bagaimana ya….” jawabnya.

Anton lahir di Malang. Semua sekolahnya di Malang. Kuliah pun di Malang: di Institut Teknologi Nasional Malang. Jurusan arsitektur.

Anton seorang arsitek. Ketika menjabat wali kota, taman di alun-alun ia benahi. Preman di sekitar itu ia angkat sebagai polisi taman. “Agar mereka punya pekerjaan,” katanya. Toh pembangunan taman itu tidak menggunakan uang APBD. Biayanya dari CSR perusahaan.

Anton juga membangun kembali pasar rakyat. Di utara stadion Gajayana Malang. Sebagai arsitek ia tidak mau pasar itu kumuh. Pasar itu pun ia bangun seperti supermarket. “Idenya saya dapat dari pasar di Malaysia,” ujar  Anton.

Para preman di sekitar pasar itu pun ia angkat jadi polisi pasar. “Agar mereka punya pekerjaan,” katanya.

Seluruh RT dan RW ia naikkan honorariumnya. Marbot masjid ia gaji. Modin kampung, penjaga makam, guru ngaji berhonor semua.

Mereka itulah yang rupanya kangen Goei Hing An. Lalu pasang gambarnya di mana-mana. Abah Anton lagi pusing memikirkannya. (Dahlan Iskan)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *