Kultum 182: Perbedaan Perkara Bid’ah dan Mubah

Perbedaan Perkara Bid’ah dan Mubah
Dr. H. Rubadi Budi Supatma, Wakil Ketua Departemen Kelembagaan dan Hubungan Luar Negeri Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, PP IPHI.
banner 400x400

Dalam tafsir Al-Muyassar (Kementerian Agama Saudi Arabia), dijelaskan bahwa  sesungguhnya mereka itu adalah orang-orang yang telah sia-sia perbuatan mereka di dalam kehidupan dunia. Mereka itu adalah kaum musyrikin dari kaummu dan kaum lainnya yang tersesat dari jalan yang lurus. Demikian itu karena mereka tidak berada di atas hidayah dan ajaran yang benar, namun mereka menyangka diri mereka telah melakukan perbuatan sebaik-baiknya.

Penjelasan itu senada dengan tafsir Al-Mukhtashar (Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid, Imam Masjidil Haram). Dalam tafsir ini dijelaskan bahwa orang-orang yang rugi itu adalah orang-orang yang pada hari Kiyamat kelak akan melihat bahwa amalan yang mereka usahakan di dunia dahulu hanyalah sia-sia. Padahal ketika di dunia mereka mengira bahwa mereka telah berbuat sebaik-baiknya serta akan mendapatkan manfaat dari amal mereka tersebut. Namun ternyata fakta hari Kiyamat bertolak belakang dengan perkiraan mereka.

Bacaan Lainnya
banner 400x400

Penjelasan senada juga bisa dilihat dalam Tafsir Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir (Universitas Islam Madinah), tafsir Al-Wajiz, dan tafsir as-Sa’di (pakar tafsir abad ke 14).

Menurut tafsir Ringkas Kementrian Agama RI, orang-orang yang paling merugi itu adalah orang-orang yang sia-sia perbuatan yang telah dilakukannya dalam kehidupan mereka di dunia, sedangkan ketika itu mereka mengira telah berbuat dan beramal dengan sebaik-baiknya. Mereka yang akan sia-sia usahanya dan tidak mendapat ganjaran di akhirat itu adalah orang-orang yang mengingkari ayat-ayat yang menunjukkan kebesaran, kekuasaan, dan keesaan tuhan mereka. Mereka juga ingkar terhadap pertemuan dengan-Nya kelak di akhirat untuk mempertanggungjawabkan perbuatan mereka.

Na’udzu billahi min dzaalik. Kita semua tentu tidakingin kecewa dengan amal shalih yang kita lakukan selama kita haidup di dunia ini. Oleh karena itu, satu-satunya jalan, ya kita harus ittiba’, sebagaimana telah kita bahaspanjang lebar di kultum-kultum sebelumnya.

Semoga sedikit yang kita baca ini menjadi pengingat bagi kita semua, dan kalau sekiranya bisa bermanfaat bagi yang lain, mari kita share kultum ini kepada sanak saudara dan handai taulan serta sahabat semuanya, semoga menjadi jariyah kita semua, aamiin.

اَلْحَمْدُ للَّهِ رَبِّ الْعالَمِينَ

وَالسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

Sumber : Ahmad Idris Adh.                                                —ooOoo—

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *