Kisah Abu Nawas: Raja Bersusah Payah Mencari Kambing Besar Bertanduk Lebar, Abu Nawas Menemukannya Sekaligus

Raja Mencari Kambing Besar Bertanduk Lebar
Raja Mencari Kambing Besar Bertanduk Lebar
banner 400x400

“Ya Tuan Qadi. Hamba mempunyai nazar yang sulit dipecahkan,” lalu ia menguraiakan kendala yang dihadapi dan rencana penggantiannya.

Ternyata para Qadi itu tidak berani memberikan rekomendasi untuk mengganti nazar. Mereka bahkan menyuruh saudagar tersebut terus mencari kambing bertanduk sejengkal di mana pun dan ke mana pun sesuai nazar semula.

Bacaan Lainnya
banner 400x400

“Kami semua tidak berani menyuruh menggantinya dengan yang lain-lain,” ujar mereka.

Kenyataan itu makin bertambah berat beban saudagar tersebut. Ia pun mohon diri pulang ke rumah. Nah, itu sebabnya dia memutuskan menghadap Baginda Raja.

“Hamba mohon petuah dan nasihat Baginda Raja agar hamba dapat mengerjakan nazar hamba itu dengan sempurna,” tutur saudagar itu kepada Baginda dengan nada mengiba.

“Baiklah. Datanglah besok pagi, Insya Allah aku dapat memberi jalan keluar,” janji Baginda Raja.

Saudagar itu pun mohon pamit dengan meninggalkan beban bagi Baginda Raja. Dia bingung memikirkan nazar saudagar tersebut. Sepanjang siang dan malam ia tidak dapat memicingkan matanya. Dengan apa nazar itu akan dibayar bila kambing bertanduk sejengkal tidak di dapat juga? Diganti dengan yang lain, haram hukumnya.

Malam harinya Baginda Raja mengumpulkan para Qadi dan alim ulama di istananya. Kepada mereka, Baginda Raja menyatakan keresahan hatinya sehubungan dengan nazar saudagar dari Kopiah itu.

“Tolong berikan pertimbangan kepadaku malam ini juga karena aku sudah telanjur berjanji kepadanya untuk menerimanya menghadap esok pagi, atau aku akan mendapat malu besar.”

Suasana balairung pun hening, sunyi senyap berkepanjangan. Mereka termenung dan terpekur memikirkan titah Baginda Raja. Namun, tidak juga ditemukan jalan keluarnya.

“Ya Tuanku Syah Alam, tidak ada hukumnya, baik menurut kitab maupun logika bahwa nazar itu boleh diganti dengan barang lain,” setelah itu satu per satu mereka mohon diri meninggalkan balairung dan pertemuan pun bubar.

Baginda Raja lalu masuk istana, hendak tidur, tetapi yang diceritakan tadi, mata Baginda Raja tidak mau diajak kompromi, karena otak masih terfokus pada masalah nazar dan malu besar yang akan dihadapinya esok pagi.

Menjelang subuh, Baginda Raja pun teringat kepada Abu Nawas . “Tidak ada manusia yang dapat memutuskan hal ini selain Abu Nawas,” pikirnya dengan suka cita.

Setelah itu barulah Baginda Raja dapat memicingkan matanya, tidur pulas sampai pagi. Begitu bangun, diutuslah penggawa memanggil Abu Nawas.

Setelah Abu Nawas tiba di hadapannya, Baginda Raja pun mengutarakan perihal nazar saudagar dari Negeri Kopiah itu dan semua usaha yang sudah ditempuhnya serta malu besar yang akan didapatnya sebentar lagi, karena para qadi dan orang alim seluruh negeri tidak dapat memberi jalan keluar.

Apalagi sebentar lagi saudagar dari Negeri Kopiah tersebut akan menghadap ke Istana. “Apa pendapatmu tentang hal itu?” tanya Baginda Raja dengan sorot mata ingin tahu jawaban Abu Nawas.

“Ya tuanku Syah Alam, janganlah tuanku bersusah hati, jika tuanku percaya insya Allah hamba dapat menyelesaikan perkara ini,” jawab Abu Nawas meyakinkan.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *