Kultum 192: Perhitungkan Agamanya, Bukan Wetonnya

Perhitungkan Agamanya
Dr. H. Rubadi Budi Supatma, Wakil Ketua Departemen Kelembagaan dan Hubungan Luar Negeri Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, PP IPHI.

Salah satu alasannya adalah, orang yang bertaqwa itu sekalipun dia tidak mencintai pasangannya, dia akan bersikap adil dan tidak akan bertindak dzalim. Suatu ketika, ada seorang yang datang kepada Hasan al-Bashri untuk berkonsultasi, siapa yang layak untuk dinikahkan dengan putrinya. Hasan menasehatkan,

زوِّجْها التقيَّ؛ فإنه إن أحبَّها أكرمَها،

Bacaan Lainnya
banner 400x400

وإن كَرِهها لم يُهِنها

Artinya:

Nikahkan dia dengan orang yang bertaqwa, ketika dia masih mencintai istrinya, dia akan memuliakannya, dan ketika dia sudah tidak sayang dengan istrinya, dia tidak akan menghinakannya.

Berdasarkan dua hadits dan uraian di atas, sudah cukuplah bukti bahwa Islam tidak memerlukan pitungan weton (hari, tanggal, dan tempat) kelahiran seseorang untuk menjadi pertimbangan berjodoh. Tidak perlu juga perhitungan ilmu astrologi dengan mengkaitkan rasi bintang dengan karakter manusia yang disebut bintang kelahiran, atau tanjim, atau ilmu nujum. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

مَنْ اقْتَبَسَ عِلْمًا مِنَ النُّجُومِ، اقْتَبَسَ

شُعْبَةً مِنَ السِّحْرِ زَادَ مَا زَادَ

Artinya:

Barangsiapa yang mempelajari ilmu nujum, berarti dia telah mempelajari sepotong bagian ilmu sihir; semakin dia dalami, semakin banyak ilmu sihir pelajari (HR. Ahmad no. 2000; Abu Daud no. 3905, dan Ibn Majah no. 3726).

Terkadang pula kita beralasan “hanya untuk menyenangkan orang tua” daripada menyakiti hati mereka. Tapi hal ini justru lebih berbahaya. Kalau Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam mensejajarkan ilmu ini dengan ilmu sihir, apa kita mau menabraknya? Alangkah bijak dan berpahala jika kita bisa menjelaskan bahaya ‘weton’ dan ‘astrologi’ kepada orangtua kita.

Sepintas lalu, kepercayaan terhadap pitungan weton dan atau astrologi Nampak sepele. Tapi bahayanya adalah “bisa menyebabkan petaka aqidah bagi umat Islam”. Ketika kita menanyakan masa depan kita dan calon istri/sumai kepada ahli pitungan weton atau ahli nujum, ini sama saja kita bertanya kepada dukun. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mewanti-wanti,

مَنْ أَتَى عَرَّافًا فَسَأَلَهُ عَنْ شَىْءٍ

لَمْ تُقْبَلْ لَهُ صَلاَةٌ أَرْبَعِينَ لَيْلَةً

Artinya:

Barangsiapa yang mendatangi tukang ramal, maka shalatnya selama 40 hari tidak diterima (HR. Muslim no. 2230).

Semoga sedikit yang kita baca ini menjadi pengingat bagi kita semua, dan kalau sekiranya bisa bermanfaat bagi yang lain, mari kita share kultum ini kepada sanak saudara dan handai taulan serta sahabat semuanya, semoga menjadi jariyah kita semua, aamiin.

اَلْحَمْدُ للَّهِ رَبِّ الْعالَمِينَ

وَالسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

Sumber : Ahmad Idris Adh.                                                —ooOoo—

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *