Pakar AS Peringatkan Bahaya El Nino Buat RI, Beda dengan Barat, Simak Wilayahnya!

Hajinews.id – Fenomena iklim yang mengurangi hujan El Nino disebut memberi efek peningkatan suhu yang berbeda kepada AS, negara Barat di belahan Bumi utara, dengan yang di daerah tropis.

“Sejak NOAA mendeklarasikan El Niño secara resmi sedang berlangsung pada Juni 2023, orang-orang bertanya kepada kami apa dampaknya terhadap panas di musim panas,” tutur Badan Nasional Kelautan dan Atmosfer AS (National Oceanic and Atmospheric Administration/NOAA), dalam keterangan resminya.

Bacaan Lainnya
banner 400x400

“Bagi sebagian besar warga Amerika, jawaban singkatnya adalah ‘mungkin sangat sedikit’. Atau seperti yang dikatakan para ahli, El Niño tidak memberikan sinyal iklim musim panas yang kuat di sebagian besar negara,” lanjutnya.

Hal ini berdasarkan data NOAA soal perubahan suhu rata-rata (anomali) di musim panas menjelang El Niño, atau jika melihat frekuensi musim panas yang lebih hangat dari rata-rata.

“Lain ceritanya untuk wilayah tropis,” kata NOAA, “Mereka (wilayah tropis) juga cenderung lebih kering dari rata-rata.”

Menurut data suhu pada lebih dari 20 dari total 29 musim panas yang disertai El Nino (hampir 70 persen) di daerah tropis, seperti Gurun Sahel (Afrika) dan Hawaii (AS), NOAA menyebut suhu memang lebih hangat dari rata-rata.

“Di sebagian besar wilayah yang sama, jumlah musim panas El Niño yang kering jauh melebihi jumlah musim basah.”

“Jika digabungkan, kondisi-kondisi tersebut secara signifikan akan meningkatkan risiko kekeringan dan kebakaran di wilayah seperti Hutan Hujan Amazon dan Indonesia,” sambung NOAA.

Lembaga ini juga mengungkap satu-satunya tempat yang musim panas El Nino-nya hampir selalu lebih panas dari rata-rata (26 musim El Nino atau lebih dalam 29 tahun) adalah kawasan tropis di Samudera Pasifik, jantungnya fenomena El Nino.

“Suhu di atas rata-rata secara harafiah merupakan bagian dari definisi El Nino.”

Krisis pangan

Senada, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) sejak lama mewanti-wanti soal efek El Nino pada kekeringan di RI.

Lembaga ini juga sebelumnya sudah memprediksi wilayah-wilayah yang akan mengalami curah hujan bulanan dengan kategori rendah (0 – 100 mm/bulan), pada Agustus – September – Oktober.

Wilayah-wilayah itu antara lain Sumatera bagian tengah hingga selatan, pulau Jawa, Bali hingga Nusa Tenggara, Kalimantan bagian selatan, sebagian besar Sulawesi, sebagian Maluku Utara, sebagian Maluku dan Papua bagian selatan.

Efek langsungnya adalah kekurangan bahan makanan yang parah alias krisis pangan.

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati, mengutip data Badan Pangan Dunia (FAO), mengatakan lebih dari 500 juta petani skala kecil yang memproduksi 80 persen dari stok pangan dunia adalah yang paling rentan terhadap perubahan iklim.

Situasi ini, katanya, akan terjadi di berbagai belahan dunia tanpa memandang negara tersebut besar, kecil, maju atau berkembang.

“Kerentanan pangan ini tidak lepas dari kenaikan suhu global yang akhirnya memberikan tekanan tambahan pada sumber daya air sehingga menghasilkan water hotspot atau krisis air,” ujar Dwikorita, dalam Dialog Nasional Antisipasi Dampak Perubahan Iklim untuk Pembangunan Indonesia Emas 2045 di Jakarta, lewat siaran pers BMKG.

Selain pangan, kebakaran hutan dan lahan (karhutla) juga sudah berlangsung sejak beberapa waktu lalu di berbagai lokasi. Asapnya pun memicu peningkatan kadar polusi udara, terutama di Kalimantan Barat.

Berdasarkan data BMKG sejauh ini belum ada wilayah dengan titik panas signifikan. Kalbar per hari ini terpantai punya lima titik api di Ketapang, Kalsel ada satu titik api di Hulu Sungai Utara, Kaltim punya satu di Kutai Timur, dan Maluku ada empat titik di Maluku Tenggara Barat.

Untuk lebih lengkapnya, berikut sebaran daerah yang paling lama tak tersentuh hujan berdasarkan Peta Monitoring Hari Tanpa Hujan Berturut-Turut BMKG. Pembaruan data terakhir pada 20 Agustus pada 4036 titik pengamatan.

1. Wilayah-wilayah yang tak kena hujan selama 31-60 hari (Sangat Panjang), ditunjukkan dengan kategori pink:

Pulau Sumatera: sebagian kecil Lampung dan Sumatra Selatan

Pulau Jawa: hampir seluruh Jawa tanpa hujan sejak lama

Pulau Bali: bagian utara

Nusa Tenggara Timur dan Barat: hampir sebagian besar

Pulau Kalimantan: sebagian Kalsel.

Pulau Sulawesi: sebagian besar Sulsel, sebagian kecil Sulbar, sebagian Sultra, sebagian Gorontalo, banyak wilayah di Sulut.

Maluku: sebagian Maluku dan Maluku Utara

2. Wilayah yang lebih dari 60 hari tanpa hujan (Ekstrem Panjang), yang ditunjukkan dengan warna merah:

Pulau Jawa: sebagian kecil Jabar, separuh Jatim

Nusa Tenggara: sebagian NTT dan NTB

 

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *