Politik Dinasti, Racun Peradaban Politik Nasional

Politik Dinasti
Politik Dinasti

Tinggal satu nama, Gibran, putra sulung Presiden, penerus ‘Dinasti Jokowi’ (Solo) yang masih berpeluang tampil untuk memenangkan tiket cawapres pada pilpres mendatang. Karena ada dua bos partai besar, PDIP dan Gerindra yang masih mencari sosok calon Wakil Presiden. Tentunya untuk disandingkan dengan capres dari kedua partai besar tersebut, Ganjar atau Prabowo. Bacaan publik, kedua Ketua Umum ini terkesan sangat kuat masih menunggu keputusan apa yang akan diambil Mahkamah Konstitusi (MK). Tentunya menunggu, apakah MK setuju atau menolak permohonan perubahan batas umur minimum bagi capres – cawapres pada Pemilu 2024 mendatang.

Bila MK mengabulkan, pintu terbuka bagi Gibran untuk diajukan menjadi cawapresnya Ganjar atau Prabowo. Hanya pintu NasDem yang tertutup, selain sang ayah sendiri pasti melarang Gibran untuk mendekat ke pintu NasDemnya Surya Paloh. Di sisi lain, Ganjar yang belakangan ini semakin percaya diri, tidak begitu menampakkan hasrat yang menggebu untuk menggaet Gibran. Kecuali tentunya, bila para Bos besar di Teuku Umar menghendakinya.

Bacaan Lainnya
banner 400x400

Sementara Prabowolah yang hingga saat ini masih tampak sekali sangat berharap untuk dapat menggaet Gibran. Tentunya dengan harapan agar restu dan bantuan dari ayahnya Gibran tumpah ruah sepenuhnya untuk memenangkan partai Gerindra. Karena logikanya, sang putra yang mendampingi Prabowo pastilah tak akan dibiarkan untuk kalah dalam pertarungan pilpres di arena Pemilu 2024 nanti.

Lakon drama ‘Menanti Godot’, karya Samuel Beckett, atau dalam pentas panggung politik Indonesia menjadi lakon ‘Menanti Gibran’, adalah tragedi drama politik Indonesia yang mencatat akan hilangnya kepercayaan diri dan kematangan diri dari seorang calon pemimpin masa depan bangsa ini pada peristiwa Pemilu-Pilpres 2024. Sangat lucu, absurd, tapi nyata. Menanti dan terus menanti tanpa kepastian. Hingga malah hadir sebagai bitter comedy (komedi pahit) di atas panggung politik nasional Pemilu-Pilpres 2024.

Belum lagi bicara soal Dinasti Poltik lewat kelakuan seorang konglomerat, Ketua Umum partai merangkap Bos pemilik partai yang Istri dan ketiga anaknya semua maju sebagai caleg DPR RI pada Pemilu 2024 ini. Sangat memilukan dan tanpa malu, plus miskin etika, begitulah kenyataannya. Untuk itu saya jadi ingat apa kata seorang bangsawan Inggris…Man without dignity is not a man at all…! Terjemahannya? Kira-kira begini…manusia tanpa harga diri, bisa digolongkan sebagai bukan manusia lagi!

Oleh karenanya, wajib dan penting untuk dipertanyakan; Perlukah Dinasti Politik dan politik Dinasti diberi ruang untuk hidup dan berkembang di negeri ini? Bermanfaat, atau sebaliknya…hanya akan menjadi racun sangat berbisa bagi peradaban politik di negeri ini. Maka Politik Dinasti dan Dinasti Politik harus dan wajib ditiadakan! Tentunya disertai ajakan kepada para pemimpin dan para petinggi partai di negeri ini…agar segeralah kembali ke jalan yang benar…jalan menuju cita-cita revolusi Indonesia 1945!

Baca kembali secara seksama, pahami setiap kata dan makna kata dalam setiap alinea Pembukaan UUD 1945. Jiwai, resapi, maknai amanat yang tersurat dan tersirat pada setiap pasal dalam UUD 1945… dan jalankan! Menolak dan melupakan pesan ini, niscaya bencana itu akan datang…pada saatnya!

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *