Resonansi Kaesang Langung ke Epicentrum PDIP, Sebuah Anomali Politik

Resonansi Kaesang Langung ke Epicentrum PDIP
Kaesang

Berkuasa itu memang nikmat , lezat dan nyaman yang sangat menggoda namun waspadalah dibalik perangkap itu semua terdapat lobang besar menganga dan jebakan bateman.

Tentu kita bangga dengan, milenial dan Gen Z yang berprestasi dan berjaya di usia muda. Sebaliknya kita akan menjadi prihatin jika sejak muda belia sudah diajarkan untuk tidak patuh dan taat pada aturan main (Hukum) yang berlaku.

Bacaan Lainnya
banner 400x400

Kaesang boleh saja bangga dengan posisi nya sekarang yang telah meraih, menguasai PSI, tapi perolehan itu diraih dengan proses anomali politik, bayangkan saja begitu banyak Aturan main dalam AD/ART PSI yang dilabrak dan dicuekin hanya untuk merebut hati dan memuluskan jalan Kaesang agar bersedia menjadi Ketua Umum PSI.

Dalam konteks ini KP sesungguhnya belum pas untuk diamanatkan sebagai Ketum PSI, karena pada Bab V Pasal 13 ada empat tahapan, tentang jenjang , sistem perkaderan PSI dan itu semua diacuhkan, tidak ditaati . Maka jika berpedoman pada AD/ART PSI , maka posisi KP jauh panggang dari api, karena faktor Jokowi Efek masalah AD/ART tidak dihiraukan, tabrak saja.

Dari peristiwa ini ada pembelajaran yang kurang pas, dan tidak pantas untuk ditiru, dicontoh oleh generasi muda. Sementara sasaran perjuangan Partai untuk membangun komitmen, mengedukasi generasi muda yang mandiri, taat hukum, berakhlak serta berprestasi.

Apa yang bisa diharap kan dari sistem dan tradisi berpartai seperti ini menjadi sangat kontraproduktif. Bukankah betpartai tidak melulu kekuasaan, berpartai juga berarti membangun kepribadian, membangun wawasan serta membabgun kemampuan menerima dan menolak serta rela berkorban untuk bangsa dan negara. “Dunia” dari dulu, hingga kini dan esok tetap saja kokoh pada porosnya yang akan selalu merespon, mengapresiasi Moralitas dan kualitas, buah dari keteladan yang mahal dan substansial.Bukan isitas dan tas-tas lainnya, itu cuma asesoris belaka.

Kita lihat saja ke depan bagaimana ending drama politik yang menggegerkan jagat politik ini . Sementara Gelombang resonansi itu masih bergema dan bergetar merayap jauh ke relung-relung epicentrum PDIP.

“Buah yang matang di pohon jauh terasa lebih enak ketimbang matang dikarbit”.

Wallahu A’lam

Pos terkait

Tinggalkan Balasan