Disway: Ide Aksi

Ide Aksi
Buku Luhut Binsar Pandjaitan menurut kita-kita

“Saya ini mendalami juga karakter binatang. Kuda, misalnya. Dua kuda jantan yang hebat tidak boleh berdekatan. Pasti berantem. Padahal tidak ada masalah persaingan karier,” katanya.

Prabowo tidak menutupi saat-saatnya tidak cocok dengan Luhut. “Kami ini seperti Tom & Jerry,” kata Prabowo. “Tapi pada saat yang menentukan semuanya kami lupakan demi bangsa dan negara,” tambahnya.

Bacaan Lainnya
banner 400x400

Luhut adalah senior Prabowo di akademi militer. “Jadi, kalau saya jadi begini yang salah adalah senior saya. Seniorlah yang membentuk juniornya. Termasuk Pak Luhut dan Pak Sintong ini,” katanya setengah bergurau.

Jenderal Sintong Pandjaitan memang hadir. Usianya 86 tahun. Jalannya masih tegak. Suaranya masih tegas. Pikirannya masih jernih.

Sintong mengungkapkan nasib Luhut yang selalu kurang baik di masa dinas kemiliterannya.

Ia selalu tersingkir. Tersisihkan. Padahal ia lulusan terbaik. Sangat cerdas. Prestasinya juga selalu menonjol. Jabatan komandan tertinggi yang pernah diberikan kepada Luhut adalah Komandan Korem. Di Madiun.

Setelah itu jabatannya selalu tidak penting. Pun setelah menjadi perwira tinggi. Bahkan pernah dilempar sebagai duta besar.

Sampai sekarang itu masih menjadi misteri: mengapa begitu. Jangan-jangan karena ada kuda jantan lain di sana.

Editing buku ini dilakukan oleh wartawan senior Mahpudi. Ia wartawan Surabaya Post di Bandung. Ia berhenti ketika koran sore itu tidak terbit lagi. Lalu menjadi penulis buku. Sudah lebih 40 buku ia terbitkan. Umumnya buku biografi. Yang paling terkenal adalah: Soeharto, Untold Story. Tahun 2012. Juga biografi Gubernur Jabar Ridwan Kamil.

“Biografi hampir semua bupati wali kota di Jabar sudah saya tulis,” katanya.

Ia ikut pameran buku di Frankfurt, Jerman. Lalu mampir Polandia. Bertemu Peter.

Ia menawari Peter untuk menulis biografi Peter. Setuju. Buku sudah jadi. Tapi Peter belum mau menerbitkannya.

“Malah saya diajak menulis buku Pak Luhut ini,” katanya. “Uniknya, saya belum pernah bertemu Pak Luhut. Sampai hari ini,” tambahnya.

Saya tentu menyalami Kaesang. Lalu ia memperkenalkan saya ke istrinya: “Ini bapaknya teman baik saya,” katanya.(Dahlan Iskan)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *